Analisasumut.com
Beranda Analisa NEWS Wacana Libur Sekolah Sebulan di Bulan Ramadhan Picu Pro dan Kontra

Wacana Libur Sekolah Sebulan di Bulan Ramadhan Picu Pro dan Kontra

Wakil Menteri Agama, Romo Muhammad Syafi’i, mengemukakan wacana mengenai libur sekolah sebulan selama Ramadhan 2025 timbulkan pro dan kontra

Meskipun keputusan resmi belum ditetapkan, wacana ini memicu pro dan kontra dari berbagai kalangan, terutama orang tua dan guru.

Fita, seorang guru SMP, menyambut positif wacana tersebut. Menurutnya, libur sekolah dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih fokus beribadah.

Baca Juga: Revitalisasi Lapangan Merdeka Medan Akan Selesai Akhir Bulan Ini, Kata Wali Kota Bobby

“Saya setuju dengan hal tersebut, agar siswa dapat lebih fokus beribadah selama Ramadhan,” katanya ketika ditemui di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Medan Timur, Selasa (14/1/25).

Namun, Fita juga mengakui adanya sejumlah siswa yang merasa tidak nyaman dengan wacana libur tersebut.

“Ada beberapa siswa yang bilang tidak enak libur sekolah. Karena tidak bisa bertemu dengan teman-temannya. Namun, ada juga yang senang dengan wacana tersebut,” ujarnya.

Fita menambahkan bahwa biasanya, di sekolah tempatnya mengajar, tidak ada kegiatan pembelajaran yang signifikan selama Ramadhan, hanya ada kegiatan seperti kultum dan tadarus.

Meskipun demikian, Fita berharap agar siswa tetap dapat melakukan kegiatan produktif selama Ramadhan jika libur disetujui.

“Bisa diberi program seperti one day one juz atau one day one surah, sehingga siswa tetap bisa menjalani aktivitas yang bermanfaat selama bulan suci,” tambahnya.

Baca Juga: Mantan Wakil Direktur Pascasarjana UIN Divonis 22 Bulan Penjara, Rugikan Negara Rp795 Juta

Sementara itu, Tia, seorang orang tua, memberikan pandangannya terkait wacana tersebut. Menurutnya, libur sebulan tidak dirasa terlalu penting bagi anak-anak.

“Pengamatan saya sebagai orang tua, anak-anak kalau libur jadi lupa tentang tanggung jawab seperti belajar. Memang tergantung pola asuh, tapi akan lebih maksimal jika tetap masuk sekolah dan belajar,” ujar Tia.

Ia berpendapat bahwa meskipun beribadah merupakan kewajiban, kegiatan lainnya seperti belajar tetap bisa berjalan bersamaan dengan ibadah.

Tia juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam membimbing anak-anak agar tetap fokus dan menjalani Ramadhan dengan seimbang antara ibadah dan kegiatan pendidikan.

“Beribadah itu kewajiban, tapi menurut saya tidak harus mengesampingkan kegiatan lainnya jika masih bisa berjalan seiringan,” jelasnya.

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan