Setelah Diskon Berakhir, Tagihan Listrik Naik Drastis, Warga Resah
Pasca program diskon tarif listrik 50 persen yang berakhir pada Februari 2025 lalu, tagihan rekening listrik mengalami kenaikan atau lonjakan yang signifikan pada April 2025.
Kenaikan itu menimbulkan keluhan dari masyarakat, terkhusus pengguna listrik non token, salah satunya Elvirida Lady, mengeluhkan rekening listriknya yang naik sebesar Rp43.000.
“Sebelumnya hanya Rp 367.000 per bulan, sekarang naik jadi Rp 410.000 per bulan. Padahal penggunaan listrik sama saja, tidak aneh-aneh,” katanya kepada Mistar, Senin (7/4/2025).
Perempuan yang akrab disapa El ini menyampaikan, sebelumnya justru terbilang lebih murah, karena dapat diskon pada bulan Februari dan Maret.
“Tapi, di April naik tajam. Sebelum Februari justru paling mahal Rp 300.000, tidak sampai Rp 400.000 per bulan,” ucap wanita 23 tahun itu.
Meski begitu, El mengaku belum akan beralih ke token. Bahkan, ia menyampaikan sudah hampir tiga kali ganti meteran untuk menaikkan daya listrik miliknya.
Baca juga : Tarif Listrik Rumah Tangga 2.200 VA Kembali Normal, Tidak Ada Kenaikan hingga Juni 2025
“Setelah hampir tiga kali menaikkan daya listrik, sekarang sudah di angka 1.300 kwh,” ujarnya.
Perihal kenaikan rekening listriknya, kata El, kadang dipertanyakannya kepada petugas PLN ketika datang mengecek listrik ke rumahnya.
“Kadang mereka menjelaskan penggunaan listriknya, tapi kadang dijawab dari atasannya lagi naik. Hanya itu saja,” tuturnya.
Sementara itu, seorang ibu rumah tangga, Vamia 31 tahun, mengaku sangat terbebani dengan kenaikan tagihan rekening listriknya.
“Biasanya sekitar Rp 170.000 hingga Rp 200.000 per bulan, tapi kali ini tagihannya malah Rp 266.000,” katanya.
Vamia menjelaskan, penggunaan listrik juga masih biasa saja bahkan cenderung tidak menggunakan listrik.
Baca juga : Tarif Listrik Kuartal II-2025 Tidak Naik
“Pemakaian biasa saja, justru cenderung sedikit. Karena beberapa kali kami meninggalkan rumah dengan satu lampu yang hidup, sisanya mati,” ucapnya.
Bahkan, sambungnya, selama bulan Ramadan, ia dan keluarga sering menginap di rumah orang tua atau mertua.
“Rumah kami tinggalkan dengan posisi hanya lampu teras yang menyala, kulkas, penanak nasi, televisi, dan elektronik lainnya dicabut. Artinya justru lebih sedikit penggunaan listriknya, tapi mahal tagihannya,” ujarnya.
Namun, meski demikan, Vamia tidak akan mengubah listrik non tokennya menjadi token. Besaran meteran listrik yang digunakannya, yaitu 900 kwh.
“Karena kalau token, misalnya isi Rp 100.000, habis harus langsung isi lagi. Kalau tidak diisi, maka tidak ada listrik. Sementara listrik non token, menunggak juga masih bisa pakai listrik,” tuturnya.






