Warga Batang Toru Mulai Terserang Penyakit di Pengungsian, Bantuan Pemerintah Dinanti
Masyarakat Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), yang menjadi korban bencana alam banjir bandang kini mengungsi di tempat pengungsian bersama. Masyarakat dari lima desa di sekitar wilayah tersebut saat ini menetap di pengungsian yang berada di Desa Batu Hula.
Dibaca Juga : Harga BBM Pertamina Resmi Naik 1 Desember 2025, Konsumen Mulai Hitung Dampaknya
Salah satu pengungsi, Reliwati Siregar, mengatakan para korban banjir bandang telah berada di lokasi pengungsian selama sepekan.
“Kami sudah seminggu di sini sejak kejadian. Di pengungsian inilah kami tinggal beramai-ramai, tidur saja di sini selagi dikasih,” ujarnya kepada Mistar, Senin (1/12/2025) sore.
Reliwati mengaku pasrah karena sudah tidak memiliki rumah lagi. Pengungsian menjadi satu-satunya pilihan agar tetap bertahan. “Kami semua di sini tak ada lagi yang punya rumah, mau pulang pun bagaimana, tidak ada lagi rumah,” ucapnya.
Makanan yang disediakan di pengungsian dinilainya sangat membantu, terutama untuk mengatasi indikasi penyakit yang mulai muncul memasuki sepekan bencana.
“Kalau makan, kami makan apa yang dikasih saja, yang penting kami makan. Di sini kami sehat karena ada posko kesehatan, tapi anak-anak di sini yang mulai sakit,” ujar warga Huta Godang tersebut.
Ia berharap kejadian serupa tidak terulang kembali. “Ke depan kita minta ampun kepada Tuhan dan berdoa agar kita selamat semua, jangan ada musibah seperti ini terulang kembali,” ucap Reliwati.
Reliwati juga berharap pemerintah memberikan bantuan, terutama untuk tempat tinggal yang lebih layak. “Pak Prabowo segera beri kami bantuan. Kami minta kepada pemerintah bantuannya untuk rumah kami. Usaha dan pekerjaan kami sudah tidak ada, biasanya bersawah dan berladang pun sekarang sudah tidak bisa,” tuturnya.
Terkait hancurnya rumah-rumah warga, Reliwati menduga adanya tindakan tidak bertanggung jawab yang menyebabkan kayu-kayu gelondongan terseret arus banjir bandang.
“Memang hujan mengakibatkan banjir, tapi hujan tidak mungkin mengeluarkan kayu gelondongan. Ini akibat tangan-tangan jahil yang menebang hutan, akibatnya kami yang menanggung,” ungkapnya.
Pengungsi lainnya, Nurlenni Sari Hutabarat, mengaku keluarganya kini mengalami gangguan kesehatan. Ibu dari enam anak itu pasrah karena hanya dapat tinggal di pengungsian setelah rumahnya rata dengan tanah.
“Iya, ini sudah mulai sakit-sakit. Anakku, suamiku mulai batuk, pilek, dan demam,” tuturnya.Nurlenni berharap pemerintah segera memberikan solusi untuk tempat tinggal yang layak.
Dibaca Juga : Pohon Terang Pematangsiantar Resmi Menyala, Kota Bersinar Sambut Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
“Kalau kenyamanan ya beginilah, namanya juga pengungsian, apa adanya saja lah. Alhamdulillah ada tempat sementara, kami berharap ada bantuan agar kami bisa dapat tempat yang lebih baik lagi, itu saja,” katanya sembari menangis.






