Analisasumut.com
Beranda Analisa NEWS Tak Temukan Kekerasan atau Racun Polda Sumut Tetap Dalami Kasus Calon Pramugari

Tak Temukan Kekerasan atau Racun Polda Sumut Tetap Dalami Kasus Calon Pramugari

Polda Sumatera Utara menyatakan belum menghentikan kasus tewasnya pramugari Ade Nurul Fadillah (19) calon pramugari kursus di Sumatera Flight Education Center Medan yang tewas pada 1 Oktober lalu. Kabid Humas Polda Sumut Kombes Hadi Wahyudi mengatakan, pihaknya belum dapat memastikan kapan kasus ini akan dihentikan, meski hasil autopsi jenazah tidak ditemukan tanda kekerasan maupun bekas racun pada lambungnya.

Dibaca Juga : Disdik Siantar Buka Data Jumlah Guru di Sekolah Negeri dan Swasta Tahun 2025

“Belum dihentikan karena masih berproses. Kita tunggu saja,”kata Kombes Hadi Wahyudi, Selasa (21/1/2025). Dalam kasus ini sudah Polisi membongkar makam Ade Nurul pada 1 November lalu dan hasil autopsi jenazah yang dilakukan dokter forensik tidak menemukan bekas kekerasan. Kemudian, pemeriksaan lambung korban tidak ditemukan zat berbahaya ataupun racun.

Sehingga Polisi memastikan tidak ada indikasi dugaan pidana terhadap Ade. Pada 17 Januari kemarin, Polda Sumut, kuasa hukum korban maupun pihak sekolah ikut gelar perkara hasil autopsi. Sejauh ini Polisi belum menemukan indikasi tindak pidana yang menyebabkan kematian Ade Nurul. Sehingga kedokteran forensik menyimpulkan penyebab kematiannya karena mati lemas.

“Dari pemeriksaan laboratorium forensik terhadap jaringan lambung tidak terdeteksi bahan beracun atau berbahaya. Oleh karena itu hasil pemeriksaan tambahan disimpulkan kematian korban mati lemas.” Mengenai mati lemas yang disebutkan juga sudah diselaraskan dengan pemeriksaan saksi kejadian sebelum korban meninggal dunia.

Pada 1 Oktober 2024 malam, tepatnya di lembaga Sumatera Flight Education Center, Komplek Ruko Citra Garden No 12-15 Blok A5, Kelurahan Titi Rantai, Kecamatan Medan Baru, korban sempat bermain tebak-tebakan dengan tiga orang rekannya. Sekira pukul 21:33 WIB, tiba-tiba korban berteriak, mengeluh sakit kepala sambil memegang erat leher dan kepalanya.

Kemudian ia sempat ditidurkan ke pangkuan salah satu rekannya dan dipindahkan ke bantal sampai akhirnya mulai tidak sadarkan diri. Dua rekan korban lain menghubungi ibu asrama untuk memberitahu kondisi Ade Nurul. Sekira pukul 21:58 WIB, rekan korban sempat merekam kondisi Ade Nurul dan dilihat jari tangan, kaki mulai membiru.

Ibu asrama yang hadir meminta tolong kepada tiga siswa laki-laki untuk mengangkat korban ke dalam mobil, lalu dibawa ke klinik. Namun karena keterbatasan klinik, Ade dirujuk ke RS USU di Jalan dr Mansyur Medan. Sekitar pukul 22:40 WIB, ternyata Ade Nurul dinyatakan sudah meninggal dunia.

“Dikarenakan keterbatasan alat, langsung dirujuk ke RS USU. Kemudian pukul 22:40 WIB korban dinyatakan meninggal dunia.” Sebelumnya, seorang wanita bernama Ade Nurul Fadilah (19), warga Jalan Mandiri, Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kota Kisaran Barat, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara diduga meninggal tak wajar.

Keluarga menduga, korban tewas akibat dianiaya di asrama sekolah kursus penerbangan Sumatera Flight Education Center di Jalan Letjen Jamin Ginting, Komplek Citra Garden, Kota Medan. Sebab, di tubuh korban diantaranya leher, rusuk dan punggung ditemukan diduga bekas memar akibat kekerasan. Kuasa hukum korban, Thomy Faisal Sitorus Pane mengatakan, kejanggalan ini sudah dilaporkan ke Polda Sumut pada 23 Oktober lalu setelah mendapat kuasa dari keluarga korban.

Thomy mengungkap, korban didaftarkan ke dalam kursus dunia penerbangan Sumatera Flight Education Center pada 29 Juli 2024. Saat diantar kakaknya, kondisi Ade sehat dibuktikan dengan hasil pemeriksaan kesehatan sebelum dimasukkan ke dalam asrama. Ternyata, lanjut Thomy, pada Selasa 1 Oktober lalu sekira pukul 23:00 WIB, pihak keluarga mendapat telepon dari pihak asrama tempat korban belajar, kalau Ade sakit dan sudah dibawa ke Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (USU).

Namun, 15 menit kemudian, pihak asrama menelpon lagi dan menyatakan korban sudah meninggal dunia. “Tanggal 1 Oktober, jam 23:00 WIB pihak keluarga dihubungi oleh yayasan atau sekolah bahwa korban sedang sakit dan sudah dibawa ke Rumah Sakit USU. Tidak lama kemudian korban ini dinyatakan sudah meninggal dunia dan keluarga disuruh menjemput jenazah,”kata Thomy Faisal Sitorus Pane, Jumat (25/10/2024).

Usai mendapat kabar korban meninggal, pihak keluarga datang ke RS USU untuk menjemput jenazah. Disini pihak keluarga juga sempat bertemu salah satu dokter yang menangani. Rupanya, dokter tersebut menyatakan kalau Ade sudah meninggal dunia sebelum tiba ke rumah sakit. Bahkan, tim medis belum sempat menanganinya. Hal inilah yang jadi tanda tanya pihak keluarga karena kematian korban singkat dan janggal.

“Sementara itu ketika pihak keluarga menanyakan ke dokter, malah dokternya bilang dia belum sempat menangani korban.” Setibanya jenazah di rumah duka, pihak keluarga mau memandikan jenazah ternyata didapat sejumlah diduga lebam membiru di tubuh korban. Lebam ini diduga akibat penganiayaan yang menyebabkan kematian.

“Lalu, yang lebih terlihat ketika dimandikan. Ketika dimandikan terlihat ada lubang mayat seperti bekas cekikan.” Thomy mengungkap pihak kursus dunia penerbangan tempat korban belajar tidak menjelaskan apapun. Mereka cuma bilang Ade sakit, tanpa menjelaskan sakit apa. Sedangkan keluarga, meyakini korban sehat jasmani. Karena kejanggalan ini, keluarga membuat laporan Polisi supaya diselidiki.

Bahkan, keluarga meminta jenazah Ade yang sudah dimakamkan untuk diautopsi guna mengetahui penyebab pasti kematian nya. “Saya selaku kuasa hukum meminta diautopsi jenazah atau bongkar makam supaya bisa di otopsi dan mengetahui penyebab kematian korban. Saya juga sedang menunggu perkembangan dari Polda Sumut bagaimana nantinya.”

Sumatera Flight Education Center Medan membantah Ade Nurul Fadillah, siswi kursus calon pramugari asal Kisaran tewas akibat dianiaya. Kuasa hukum Sumatera Flight Education Center Medan, Hendra Manatar Sihaloho mengatakan, tidak ada senior dan junior di tempat belajar tersebut. Dari hasil keterangan yang diperoleh sekolah, korban disebut orang baik dan tidak mempunyai musuh.

“Jadi, kita di sekolah ini tidak ada namanya junior senior, tidak ada tindak pembullyan, kekerasan, makanya kita agak kaget juga. Jadi, yang perlu saya terangkan di sini, almarhum ini orang baik, tidak ada musuh, dan baru dua bulan dia berada di sekolah ini. Makanya kita kaget juga dengar berita itu,”kata Kuasa hukum Sumatera Flight Education Center Medan, Hendra Manatar Sihaloho, Selasa (29/10/2024). Terkait tewasnya Ade, Hendra menyebut korban sempat mengalami sakit kepala hingga teriak luar biasa, sebelum meninggal dunia.

Sakit kepala ini diduga sudah lama dialami korban dan Ade disebut kerap mengkonsumsi obat-obatan yang dibeli dari warung. Saat itu, teriakan Ade didengar oleh rekan sesama di asrama hingga membuat panik. Karena takut, rekan korban memanggil pengasuh di asrama dan membawanya ke klinik kurang lebih berjarak 50 meter. Pihak klinik kemudian menyarankan agar korban dibawa ke rumah sakit.

Dibaca Juga : Bupati Simalungun Terpilih Proses Pelantikan Masih Berlangsung

Dalam perjalanan ke rumah sakit inilah korban diduga meninggal dunia karena setibanya di RS USU, korban dinyatakan meninggal dunia. “Jadi, habis dari klinik menyampaikan harus langsung dibawa ke rumah sakit. Jadi ketika dibawa ke rumah sakit USU, rupanya disampaikan sudah meninggal, belum ada penanganan memang saat itu.” Mengenai ada memar yang disebut bekas cekikan, keterangan yang diterima Hendra dari pihak medis, memar bisa terjadi beberapa faktor, salah satunya penyakit jantung. “Memang jadinya agak biru, disampaikan dokter, ya dugaan dugaannya banyak kata dokter, salah satunya bisa jantung, cuman kan belum dilakukan rekam medis.”

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan