Seniman Medan Serahkan Donasi Rp55,7 Juta bagi Korban Bencana Sumut
Para seniman Kota Medan yang tergabung dalam gerakan Seniman Bantu Seniman dan Seniman Peduli berhasil menghimpun donasi sebesar Rp55.740.902 untuk membantu korban bencana banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah Sumatera Utara.
Donasi dikumpulkan melalui kegiatan Refleksi dan Pidato Kebudayaan 2025 yang digelar pada 13–14 Desember 2025 di Taman Budaya Medan. Bantuan disalurkan secara bertahap, baik kepada seniman Sumut yang terdampak langsung maupun masyarakat di wilayah bencana yang dapat dijangkau panitia dan relawan.
Bantuan kepada seniman terdampak disalurkan dalam bentuk uang tunai, sementara masyarakat menerima sembako, alat kebersihan, kebutuhan sehari-hari, dan berbagai kebutuhan mendesak lainnya.
Salah satu titik penyaluran berada di Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), yang dilaksanakan pada 19–21 Desember 2025. Namun, proses distribusi tidak mudah karena sejumlah jalur menuju lokasi belum sepenuhnya pulih pascabencana.
“Medan atau jalur yang kami lalui untuk mencapai lokasi belum sepenuhnya pulih. Perjalanannya cukup mencekam. Kami membawa bantuan untuk para korban, tapi melihat kondisi medan, kami juga bisa saja menjadi korban,” ujar Bob A Sitorus, panitia sekaligus seniman, Minggu (21/12/2025).
Meski berisiko, semangat relawan tetap tinggi. “Meski berisiko, niat kami tidak surut. Kita harus bergerak, atas nama kemanusiaan,” kata Bob.
Kegiatan Refleksi dan Pidato Kebudayaan 2025 tidak hanya menjadi ruang refleksi akhir tahun bagi pelaku seni, tetapi juga berkembang menjadi wadah aksi solidaritas. Selain membuka donasi publik, kegiatan ini didukung Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah II, sebagai bentuk kolaborasi antara komunitas seni dan lembaga kebudayaan.
Baca juga : Bapanas RI Salurkan Bantuan Sembako untuk Puluhan Korban Banjir di Binjai
Menurut panitia, prioritas penyaluran adalah wilayah terdekat dan kalangan seniman terlebih dahulu, sebagai langkah awal yang realistis dan tepat sasaran.
“Kami menjangkau yang terdekat dulu dari kalangan seniman, dan wilayah yang memungkinkan untuk didatangi langsung, yaitu Tapteng,” ujar Ojax Manalu, panitia kegiatan sekaligus Ketua Rumah Karya Indonesia (RKI).
Kecamatan Pandan termasuk wilayah terdampak cukup parah akibat banjir dan longsor. Di lokasi pengungsian GOR Pandan, relawan Seniman Peduli menyaksikan langsung kondisi pengungsi yang didominasi anak-anak.
“Tempat pengungsian sangat ramai oleh anak-anak. Ada rasa haru ketika melihat mereka begitu senang saat relawan datang membawa jajanan. Hal kecil seperti itu bagi mereka terasa seperti cahaya dan harapan baru,” tutur Togu Sinambela, seniman.
Gerakan Seniman Peduli lahir dari kesadaran bahwa bencana tahun ini membawa dampak besar dan tidak bisa diabaikan. Banyak pelaku seni juga terdampak langsung, sehingga aksi solidaritas menjadi bagian dari tanggung jawab sosial mereka.
“Bukan soal besar atau kecilnya bantuan, tetapi tentang kesadaran untuk berbagi,” kata Ojax.
Melalui kegiatan ini, para seniman berharap semangat solidaritas dan gotong royong tetap menjadi bagian dari praktik kebudayaan, terutama di tengah situasi krisis kemanusiaan.






