Analisasumut.com
Beranda Analisa NEWS Berawal dari Pengalaman Kerja, Pria Ini Ciptakan Usaha Tahu Sendiri yang Sukses

Berawal dari Pengalaman Kerja, Pria Ini Ciptakan Usaha Tahu Sendiri yang Sukses

Tahu

Bagi pria bernama Indra, usaha tahu bukan sekadar bisnis, melainkan jalan hidup yang telah dia pertahankan sejak 2008.

Ayah tiga anak ini berbagi kisah inspiratifnya saat ditemui Mistar di Jalan Melanton Siregar, Jumat sore (13/12/2024), saat ia berkeliling menjajakan tahunya.

Kisah Indra dimulai pada 2008, setelah sang adik meninggal dunia, dua tahun setelah memulai usaha tersebut.

Tak ingin usaha yang dibangun dengan kerja keras sang adik terhenti, Indra yang saat itu sedang merantau memutuskan pulang kampung untuk melanjutkan bisnis

Pada tahap awal, ia hanya bekerja membuat tahu di pengrajin lokal selama tujuh bulan, kemudian berkeliling menjualkannya.

Setelah bertahun-tahun bekerja dan berkeliling menjual tahu, Indra akhirnya memberanikan diri memulai produksi sendiri pada 2012, dengan modal yang diberikan salah seorang kerabat.

Namun, setelah 12 tahun bekerja bersama, 8 bulan lalu Indra memilih untuk berpisah dan memulai usaha sendiri di rumahnya di Kampung Sidodadi Marihat Mahanda, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun.

Setiap hari, setelah sholat subuh, Indra dan istrinya mulai memproduksi dengan mengelola sekitar 10-12 kg kacang kedelai.

Dari bahan baku tersebut, mereka bisa menghasilkan 80 bungkus tahu, yang kemudian dibungkus dengan daun pisang.

Menurut Indra, penggunaan daun pisang bukan hanya tradisi, tetapi juga untuk menjaga kualitas .

“Plastik sering merubah cita rasa tahu menjadi masam, jadi saya tetap menggunakan daun pisang,” ungkapnya.

Indra juga menggunakan tungku kayu bakar untuk mengolah tahunya. Meskipun cara ini memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu, ia menjaga agar asap dari kayu tidak mengganggu tetangga.

Untuk itu, ia membuat corong asap tinggi agar asap yang keluar tidak mengganggu lingkungan sekitar. Setiap pukul 11.00 WIB, tahu sudah matang dan siap untuk didistribusikan ke warung-warung di sekitar Pematangsiantar.

Dengan sepeda motor, Indra berkeliling ke segenap sudut kota mulai pukul 2 siang untuk menjajakan tahunya.

Ia memiliki jadwal rutin, seperti berkeliling di Jalan Melanton Siregar pada hari Selasa dan Jumat, agar pembeli kapan ia datang.

Selama enam bulan terakhir, Indra mulai memproduksi goreng kopong, berbekal pengalamannya mengunjungi salah satu tempat produksi

“Saya tidak belajar secara spesifik, hanya melihat cara mereka dan mencoba di rumah,” cerita Indra.

Hasilnya, tahu gorengnya kini banyak diminati. Setiap hari, Indra menjual 200 buah kering dan 80 bungkus tahuputih, dengan harga masing-masing Rp5.000/bungkus, Rp1.000 untuk 4 buah goreng, dan Rp2.000/bungkus untuk susu kedelai.

Indra memilih kedelai impor meski lebih mahal, karena yang dihasilkan memiliki tekstur yang lebih baik dan lebih tahan lama.

Meski menjalankan usaha sendiri penuh tantangan, Indra menikmati perjalanan tersebut.

“Saya sering mendengar pembeli bilang tahunya enak, lembut, dan tidak asam,” katanya.

Harapannya, usaha tahu ini bisa terus berkembang untuk membiayai pendidikan anak-anaknya yang semakin mahal.

“Sekolah semakin mahal, jadi saya ingin bisa memberikan pendidikan yang baik untuk anak-anak saya,” harap Indra.

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan