Penjual Ikan Tunaikan Ibadah Haji
Kisah inspiratif datang dari seorang penjual ikan di pasar tradisional yang berhasil mewujudkan impian besarnya: menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.
Baca juga : Daftar Makanan Rendah Kalori yang Lezat dan Bernutrisi
eski sehari-hari bergelut dengan bau amis dan penghasilan pas-pasan, kerja keras dan ketekunan selama bertahun-tahun akhirnya membuahkan hasil. Dengan tabungan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, ia mampu menunaikan rukun Islam kelima yang selama ini hanya bisa ia doakan dalam setiap sujud.
Adalah Sumarno (52), warga Kota Pekalongan, Jawa Tengah, yang dikenal sebagai penjual ikan di Pasar Grogolan. Setiap hari, sejak pukul tiga dini hari, ia sudah memulai aktivitas menjajakan ikan hasil tangkapan nelayan. Dari hasil itulah, selama lebih dari 10 tahun, ia menyisihkan sebagian penghasilannya untuk biaya haji. “Saya tidak malu jadi penjual ikan. Justru dari sanalah Allah kasih jalan ke Mekkah,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Kisah Sumarno menjadi pengingat bahwa ketulusan dan kesabaran dalam bekerja bisa membuka jalan bagi terkabulnya impian spiritual. Ia pun menjadi inspirasi banyak orang di sekitarnya, bahwa ibadah haji bukan hanya milik orang kaya, tapi milik siapa saja yang bersungguh-sungguh.
Penjual ikan asal Serdangbedagai, atas nama Saharuddin, 80 dan Salam Alafiah, 95, menunaikan ibadah haji tahun 2025.
Keduanya tergabung dalam Kelompok terbang (Kloter) 14 Jamaah calon haji (Calhaj) Embarkasi Medan asal Kabupaten Serdangbedagai yang berangkat dari Asrama Haji Medan akan ke Tanah Suci pada Minggu(18/5).
Bertemu keduanya Sabtu (17/5) warga Bedagai ini mengaku bahagia bisa melaksanakan ibadah haji tahun ini. Terlebih usia diatas 80 dan masih diberi kesehatan dan kekuatan, sehingga tidak menggunakan alat batu (kursi roda atau tongkat).
“Alhamdulillah masih sehat, bisa berjalan sempurna,”ucap Saharuddin.
Dia mengaku bisa bugar di usia 80 tahun ini berkat rajin berzikir. Tiap waktu dimanfaatkan untuk berzikir.
Selain itu setiap hari berjalan kaki minimal 2 kilometer. Dulu, kata ayah dari 7 anak( tiga orang sudah wafat), dan memiliki 8 orang cucu, ia adalah penjual ikan basah yang dibeli dari nelayan. Ikan dijual ke berbagai tempat termasuk ke Kota Medan, Lubuk Pakam, tanjung Morawa dan wilayah Serdangbedagai lainnya.
Pekejaan itu ia tekuni hingga empat anaknya bisa sekolah dan seorang jadi perawat. “Alhamdulillah rezeki mengalir deras anak-anak bisa sekolah, kebutuhan hidup terpenuhi,” ujarnya.
Terkait ia bisa mendaftar haji, tidak terlepas peran anaknya yang turut menyokong biaya pendafraran.
“Rezeki anak selalu ada. Sejak saya berhenti berjualan tujuh tahun silam,karena anak-anak sudah punya usaha dan bekerja. Adapula yang ikut jejak saya berjualan ikan,” ujarnya.






