Analisasumut.com
Beranda Analisa NEWS Pengemudi Ojol di Siantar Khawatir THR Tak Tersalurkan, Ini Respons Perusahaan

Pengemudi Ojol di Siantar Khawatir THR Tak Tersalurkan, Ini Respons Perusahaan

Surat Edaran (SE) tentang Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan Tahun 2025 yang diterbitkan oleh Menteri Ketenagakerjaan Yassierli memang membawa angin segar bagi pekerja di berbagai sektor, termasuk pengemudi ojek online (ojol). Di sisi lain ternyata ada sejumlah pengemudi Ojol yang ragu mendapatkan THR tersebut, sebab persyaratannya yang ditentukan dinilai cukup berat. Sementara besaran 20% dirasa sangat kecil.

Dibaca Juga : Harga Beras di Sibolga dan Tapteng Tetap Stabil, Masyarakat Tak Perlu Khawati

Ricci Hutajulu, seorang pengemudi ojol di Kota Pematangsiantar yang mengaku telah mendengar rencana pemberian THR mengatakan, tidak ada informasi lebih lanjut dari pihak aplikator. Ia mengatakan, dari beberapa grup obrolan sesama pengemudi ojol telah membahas itu. Namun lagi-lagi banyak yang tidak yakin mendapatkannya. “Kalau bahasanya kan bukan THR tapi bonus. Makanya berapa yang akan kita dapat berdasarkan penilaian kinerja,” kata Riccy, Sabtu (15/3/2025).

Banyak dari mereka, lanjut Riccy berat menjalankannya minimal 9 jam kerja yang ditentukan. Karena menurutnya, pengemudi masih ada yang tidak full ‘narik’ dan memiliki pekerjaan lepas lainnya. “Bukan kerjaan sampingan juga, tetapi mencari rezeki dari kegiatan lain. Karena kalau difokuskan ke ojol ini setiap hari, kurasa belum mencukupi kebutuhan,” ujar Ricci. Ia mengatakan, persyaratan lain dimungkinkan dipenuhi pengemudi ojol, seperti tingkat penyelesaian orderan, rating yang baik dan tidak melanggar kode etik aplikasi. “Jangankan untuk dapat bonus ini, setiap hari memang harus seperti syarat itu kita jalankan,” ucapnya.

Dibaca Juga : Tanggap Darurat Banjir, Brimob Polda Sumut Bantu Warga Padangsidimpuan dengan Dapur Umum

Jika pengemudi sering melewatkan pesanan yang masuk, maka akan berdampak ke pesanan lain yang akan datang. Sebab, kata Riccy, aplikasi bakal membaca banyaknya pesanan sebelumnya yang ditolak. “Terkait rating itu kan wajib. Kalau penumpang memberi bintang satu atau dua, kita akan ditegur aplikator. Kalau itu berlanjut lagi, akan diputus kemitraan atau suspend,” katanya. Dalam situasi ini, meski ada rasa ragu, sebagian besar pengemudi tetap bersyukur pemerintah ataupun aplikator masih memikirkan mereka. “Kalau dapat ya syukur, gak dapat ya udahlah,” katanya. 

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan