Analisasumut.com
Beranda Analisa NEWS Paradoks Ketangguran Sumut Angka Turun, Tapi Lulusan S1 Masih Menganggur

Paradoks Ketangguran Sumut Angka Turun, Tapi Lulusan S1 Masih Menganggur

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sumatera Utara (Sumut) menunjukkan tren penurunan berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2025.

Dibaca Juga : Long Weekend Waisak, Arus Mudik ke Samosir Memadat – Antrean Kapal Penyeberangan Mengular

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut mencatat TPT sebesar 5,05 persen, atau sekitar 5 dari setiap 100 orang angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan namun aktif mencari atau menunggu pekerjaan.

Angka ini turun tipis 0,05 persen dibandingkan Februari 2024. Penurunan terutama terjadi pada kelompok laki-laki yang TPT-nya menyusut sebesar 0,66 persen menjadi 4,86 persen.

Sebaliknya, TPT perempuan justru meningkat 0,84 persen menjadi 5,32 persen, menandakan masih ada ketimpangan gender dalam akses terhadap lapangan kerja.

Statistisi Ahli Utama BPS Sumut, Misfarudin, menyampaikan bahwa TPT mencerminkan tenaga kerja yang belum terserap pasar kerja dan menjadi indikator penting dalam menilai pemanfaatan angkatan kerja.

“Pengangguran adalah penduduk usia kerja, minimal 17 tahun, yang sedang mencari kerja, mempersiapkan usaha, atau telah diterima bekerja namun belum mulai bekerja,” katanya Minggu (11/5/2025).

Jika dilihat berdasarkan wilayah, TPT di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan. TPT perkotaan berada di angka 6,29 persen, sementara di perdesaan hanya 3,265 persen.

Kedua wilayah mengalami penurunan dibanding Februari 2024, masing-masing sebesar 0,22 persen dan 0,06 persen.

Namun yang menjadi sorotan, tingkat pengangguran tertinggi justru terjadi pada kelompok lulusan pendidikan tinggi, yaitu Diploma IV, S1, S2, dan S3, dengan angka mencapai 8,10 persen.

Sementara itu, kelompok dengan tingkat pengangguran terendah justru berasal dari lulusan SD ke bawah, hanya sebesar 1,94 persen.

Dibaca Juga : Antusias Wisatawan Meningkat, KSOPP Danau Toba Laporkan Lonjakan Arus Kendaraan

“Polanya hampir sama dengan Februari 2024, di mana lulusan tinggi masih sulit diserap pasar kerja,” ujar Misfarudin. 

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan