Padi Tumbang di Pantai Labu, Petani Terancam Alami Kerugian Besar
Musim panen yang seharusnya membawa keuntungan, justru menjadi musim kerugian bagi para petani di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang.
Banyak petani mengeluhkan tanaman padi rebah atau tumbang sebelum masa panen akibat hujan deras dan angin kencang yang melanda kawasan tersebut.
Padi yang sudah tumbang tidak hanya menurunkan kualitas hasil panen, tetapi juga menyebabkan penurunan harga jual secara signifikan di bawah harga pasar.
Baca Juga : Catatan KontraS Sumut: Enam Korban Jiwa Akibat Tindakan Aparat Sepanjang Satu Tahun
“Jangankan untung, balik modal saja sudah lumayan. Kali ini petani banyak yang merugi,” keluh Misnah, petani asal Desa Ramunia, saat dikonfirmasi, Selasa (19/8/2025).
Menurutnya, kondisi ini memukul petani secara ekonomi. Biaya produksi yang tinggi, termasuk untuk pupuk dan sewa lahan, tidak tertutupi oleh hasil panen yang menurun drastis.
Selain harga jual yang rendah, biaya panen padi tumbang juga jauh lebih tinggi dibandingkan panen padi normal.
Baca Juga:
“Biasanya panen itu cuma Rp180.000 per rante, tapi sekarang karena padinya tumbang, naik jadi Rp250.000 per rante,” ungkap Misrah.
Baca Juga : Maraknya Pencurian di Bekas Pabrik PT ARB, Warga Medan Deli Keluhkan Keamanan
Senada dengan itu, petani lain bernama Misran mengaku enggan menyebutkan secara rinci jumlah kerugian, namun memastikan bahwa kerugian tersebut cukup besar.
“Sudah hasilnya sedikit, pengeluarannya besar pula,” ujarnya.
Tumbangnya padi diakibatkan cuaca ekstrem berupa hujan deras yang disertai angin kencang dalam beberapa hari terakhir.
Hal ini membuat batang padi yang sudah menguning dan siap panen menjadi rebah ke tanah, sehingga menyulitkan proses pemanenan dan mempercepat kerusakan pada gabah.
Kondisi ini juga memaksa sebagian petani untuk menjual hasil panennya ke tengkulak dengan harga yang tidak menguntungkan.
Artikel Terkait
