Analisasumut.com
Beranda Analisa NEWS Kesulitan Solar Bikin Nelayan Belawan Mogok Melaut

Kesulitan Solar Bikin Nelayan Belawan Mogok Melaut

Puluhan kapal nelayan tidak melaut akibat sulitnya mendapatkan bahan bakar solar. Sejumlah kapal nelayan hanya bersandar di pesisir laut Belawan, tepatnya di Dermaga Peti Kemas, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kamis (23/1/25).

Salah seorang nelayan, Andi (47), mengatakan angin kencang berhembus di laut sehingga mengakibatkan ombak yang tinggi.

Baca Juga : Polrestabes Medan Amankan 10 Pelaku Tawuran di Jalan Bromo Ujung

“Informasi yang kami terima, cuaca sedang rawan di laut lepas dengan angin kencang dan ombak yang berbahaya ketika berlayar,” ungkap putra asli Belawan itu.

Lanjutnya, beberapa kapal teman-temannya juga tidak beroperasi akibat kondisi itu.

“Kami ada serikat para nelayan di sini. Jadi informasi itu cepat menyebar luas untuk seputar pelayaran mencari ikan,” jelasnya.

Ia mengatakan, kapal yang dioperasikan bersama rekan-rekannya sudah tua dan bukan kapal profesional, sehingga terlalu berbahaya jika dipaksa berlayar.

“Kapal kami ini kapal kayu dan usianya juga sudah tua. Karena cuma inilah alat transportasi kami mengais rezeki, kualitasnya kurang, sehingga berbahaya jika berhadapan dengan cuaca ekstrim,” kata Andi.

Sementara itu, Rozi (42), nelayan lainnya mengatakan, mereka kesulitan mendapatkan stok solar, sehingga terhambat ketika ingin berlayar.

“Kami kalau berlayar itu paling cepat dua hari, dan paling lama bisa empat sampai lima hari. Jadi butuh stok solar yang cukup, sementara jika beli di Pertamina ataupun SPBU kami tak diberi izin karena menghindari penumpukan solar dari pembeli yang menggunakan jerigen,” ungkapnya.

Kondisi tersebut mengharuskan Rozi dan para nelayan lainnya membeli solar dari para penjual eceran dengan harga yang lebih mahal.

“Kalau beli di Pertamina harganya cuma Rp6.800 per liter. Sementara kalau beli eceran lebih mahal, bahkan bisa Rp8.000 sampai Rp9.000 per liternya,” ujarnya.

Setiap berlayar untuk mencari ikan, ayah dua anak itu mengaku harus membawa stok minyak minimal 15 liter dari mulai berangkat hingga kembali.

“Kami berharap para nelayan bisa menerima subsidi BBM secara merata dengan identitas yang kuat dari segi legalitas dari pemerintah,” harapnya. 

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan