Kelangkaan BBM: Pertalite Dijual Rp50 Ribu di Deli Serdang, Warga Keluhkan Harga Tinggi
Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite dijual seharga Rp50.000 per 1,8 liter oleh pedagang eceran di Kabupaten Deli Serdang, Rabu (3/12/2025).
Harga ini jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan harga resmi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), yakni hanya sekitar Rp18.000 untuk volume yang sama.
Pantauan wartawan, harga pertalite yang dijual dengan harga tinggi terjadi di beberapa titik. Di antaranya di Kecamatan Tanjung Morawa, Lubuk Pakam, dan Beringin.
Di Tanjung Morawa, harga per 1,8 liter mencapai Rp50.000. Sementara di Lubuk Pakam di kisaran Rp30.000, dan di Kecamatan Beringin harganya sekitar Rp25.000.
Seorang pedagang pertalite eceran mengatakan ia mematok harga mahal karena pembeli tidak perlu mengantre lama.
Baca Juga : SPBU di Batu Bara Kehabisan BBM, Harga Pertalite Eceran Tembus Rp20.000/Liter
“Kalau mau cepat, beli di sini Rp 50.000. Kalau mau murah, antre lah di SPBU sampai berjam-jam. Jadi, wajar saya jual Rp50.000 karena saya antre sampai setengah hari di SPBU Perbaungan,” kata seorang pedagang di Tanjung Morawa.
Seorang warga, sekaligus pengendara saat ditanya mengenai harga pertalite eceran yang dibanderol mahal, justru mempertanyakan bagaimana pedagang bisa dengan mudah mendapatkan BBM dalam jumlah besar untuk dijual kembali secara eceran.
“Bagaimana bisa warga menjual bebas bensin eceran? Fenomena ini justru semakin membuat BBM semakin langka,” kata seorang warga Jalan Imam Bonjol Lubuk Pakam, Rusdi, 38 tahun.
Rusdi menduga pedagang bensin eceran memodifikasi sepeda motor atau mobilnya agar menampung bensin dalam jumlah banyak.
“Dugaannya, mereka (pedagang) menggunakan sepeda motor yang telah dimodifikasi agar mampu menampung Pertalite dalam kapasitas lebih banyak. Kemudian mengalirkannya melalui keran khusus ke botol-botol eceran. Disebut-sebut, pengisian penuh satu sepeda motor bisa mencapai Rp250.000,” ujarnya.
Ia berharap pihak kepolisian dan instansi terkait segera melakukan penertiban dan penindakan.
“Harus ditindak yang seperti ini agar keadaan segera kembali normal dan distribusi BBM dapat diawasi lebih ketat,” ucapnya.






