Analisasumut.com
Beranda Analisa NEWS Miris! Kasus Penjambretan oleh Anak SD dan SMP di Asahan, Korban Tewas

Miris! Kasus Penjambretan oleh Anak SD dan SMP di Asahan, Korban Tewas

Anak SD

Insiden tragis dialami Nuraidah (64) warga Mutiara Kisaran ini. Beliau menjadi korban perampokan anak sekolah dan menghembuskan nafas terakhir, Selasa (7/1/2025) pagi.

Anehnya, menurut suami korban, dua pelaku yang berusia masih dibawah umur saat ini dilepas.

Menurut suami korban, saat itu istrinya menjadi korban perampokan yang terjadi, Sabtu (4/1/2025) sore, sekira pukul 16.00 WIB, di Lingkungan 7 Kelurahan Mutiara, Kecamatan Kisaran Timur, Kabupaten Asahan, Sumatra Utara (Sumut).

Menurut keterangan suami korban Haji Hadi Batubara, kejadian berlangsung singkat. Seperti hari-hari biasanya, korban berjualan di kedai kelontong di depan rumah korban.

Baca juga : PTPN IV Perbaiki Jalan Desa Sepanjang 350 Meter di Simalungun untuk Tingkatkan Akses

Dilansir dari taslabnews.com “Sore itu korban lagi di warung klontong, namun tiba-tiba datang dua orang naik sepedamotor, satu orang masuk ke dalam warung dan langsung merebut tas yang ada di selempang korban,” ucap Hadi.

Sesaat itu, korban langsung melakukan perlawanan dan sempat Terjadi tarik menarik antara korban dan tersangka. Akibatnya korban terseret sejauh 10 meter.

Atas kejadian tersebut korban mengalami luka-luka di lutut dan di bagian kaki, dan tangan serta badan.

“Kami tidak mengetahui pasti juga kronologisnya. Hanya mendengar dari masyarakat dan korban,” cerita Hadi.

Setelah kejadian itu, keluarga melakukan upah-upah kirim doa untuk keselamatan, Minggu (5/1/2025).

Namun, selasa (8/1/2025) pagi korban mengalami sesak nafas, sehingga harus di larikan ke rumah sakit, namun belum sampai rumah sakit korban meninggal dunia.

“Korban memang mempunyai riwayat penyakit mag, mungkin karena shock atas kejadian perampokan pada dirinya membuat mag nya naik sehingga sesak nafas, ” terang Haji Hadi.

Diketahui pelaku perampokan merupakan anak di bawa umur. Dari keterangan Haji Hadi, pelaku ditaksir berusia sekitar 12 tahun.

“Dua orang pelaku masih di bawa umur, satunya masih SD kelas 6 satunya SMP kelas 1, karena di bawa umur mereka di bebaskan, ” terang H Hadi.

Kasus ini menjadi pengingat pentingnya peran keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam membangun karakter anak. Lingkungan yang sehat dan pendidikan moral yang kuat sangat diperlukan agar anak-anak tidak terjerumus ke dalam tindakan kriminal.

Pemerintah juga diharapkan dapat meningkatkan sosialisasi terkait hukum dan perlindungan anak, baik untuk pelaku maupun korban.

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan