Jalan Rusak Parah di Simalungun: Seperti Kubangan, Sopir dan Petani Menjerit!
Kerusakan infrastruktur jalan di sejumlah wilayah Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, semakin meresahkan masyarakat. Mulai dari sopir angkutan barang hingga petani sawit, semua merasakan dampak buruk dari jalan berlubang yang sudah lama tak tersentuh perbaikan serius.
Dibaca Juga ; Sepeda Motor Siswa SMA di Percut Dibawa Kabur, Diduga Korban Hipnotis
Setiap pagi, Sutrisno Sagala (57), sopir angkutan barang di Kecamatan Siantar, harus berjibaku melintasi jalan rusak penuh lubang. Saat hujan turun, lubang-lubang itu berubah menjadi kubangan air yang sulit dihindari.
“Pernah mobil saya terperosok ke dalam lubang, pelek rusak, habis ratusan ribu untuk servis,” keluhnya
Sutrisno mengaku, jalan rusak bukan hanya membuat pekerjaannya terganggu, tapi juga menguras penghasilan.
“Gara-gara sering ke bengkel, hasil narik barang jadi habis. Apalagi kalau terlambat antar, pelanggan bisa marah,” ujarnya.
Ia berharap pemerintah tidak menutup mata. Jalan yang layak bukan hanya untuk kenyamanan, tetapi juga menyangkut kelancaran ekonomi masyarakat.
Petani dan Sopir Angkutan Juga Terdampak
Kerusakan jalan juga dirasakan Erwin Silalahi, seorang petani sawit dari Kecamatan Hutabayuraja. Ia mengatakan, di daerah Tanah Jawa, Hatonduhan, dan Hutabayuraja, jalan yang rusak parah membuat truk pengangkut sawit kerap terpuruk.
“Kalau begini terus, kami rugi dua kali. Harga TBS turun, ongkos angkut naik,” ujarnya.
Erwin menilai perbaikan yang dilakukan pemerintah selama ini hanya tambal sulam dan tidak menyentuh akar masalah. Petani merasa dibiarkan tanpa solusi.
Keluhan juga datang dari sopir angkutan umum seperti Andik, yang saban hari melintasi jalur rusak dari Siantar menuju Maligas.
“Musim hujan, jalan ini nyaris tak bisa dilalui. Trayek kami tiap hari lewat situ, bang,” ungkapnya.
Kritik turut disampaikan pemuda setempat, Riski Pratama, yang menyesalkan tidak adanya perhatian Pemkab Simalungun terhadap masyarakat Kecamatan Tanah Jawa.
“Kalau hujan, jalan seperti kubangan kerbau. Kadang kami timbun pakai batu supaya bisa dilewati,” katanya geram.
Lakalantas Tinggi Akibat Jalan Rusak
Data dari Satlantas Polres Simalungun mencatat, sepanjang dua tahun terakhir, angka kecelakaan lalu lintas (Lakalantas) masih tinggi:
– 2024: 474 kasus
– 2025: 336 kasus
Menurut Kasi Humas AKP Verry Purba, jalan rusak menjadi pemicu utama kecelakaan, terutama bagi pengendara roda dua.
“Banyak kecelakaan karena pengendara menghindari lubang, apalagi malam hari,” jelasnya.
Satlantas juga mencatat dampak jalan rusak terhadap kemacetan, distribusi barang, hingga arus mudik. Pihaknya terus melakukan edukasi, patroli, dan bahkan telah mengajukan rekomendasi resmi ke Pemkab Simalungun.
Sorotan Kinerja Pemkab Simalungun
Ketua LSM Gempur Indonesia, Bagus Abdul Halim, menyoroti lemahnya komitmen Pemkab Simalungun dalam pembangunan infrastruktur jalan.
“Kalau dana sudah dikucurkan tapi jalan tetap rusak, ada indikasi penyalahgunaan. Ini perlu diusut,” tegasnya.
Bagus meminta Kejati Sumut untuk mengevaluasi penggunaan anggaran yang disebut-sebut mencapai miliaran rupiah setiap tahun:
– 2022: Rp 40–50 miliar
– 2023: Rp 60 miliar (termasuk DAK pusat)
– 2024: Rp 90 miliar (belanja infrastruktur)
– 2025: Direncanakan lebih dari Rp 100 miliar
Namun, pembangunan yang dilakukan dinilai hanya tambal sulam dan tidak menyeluruh, terutama di wilayah jalur produksi pertanian.
DPRD Pastikan Anggaran Tak Dipotong
Ketua DPRD Simalungun, Sugiarto, memastikan bahwa anggaran jalan tidak akan dipotong atau digeser ke sektor lain.
“Perbaikan jalan adalah program prioritas. Anggarannya tetap dan tidak boleh ditambahkan atau dikurangi secara mendadak,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa proses tender dilakukan secara terbuka dan online, serta terus diawasi untuk menghindari intervensi politik.
“Kami dorong Dinas PU menggunakan anggaran tepat sasaran. Jalan yang rusak harus jadi prioritas,” tandasnya.
Dibaca Juga : Indra Silaban Gelar Reses Tahap III, Fokus pada Aspirasi dan Kepentingan Masyarakat
Pembangunan jalan di Simalungun kini menjadi sorotan publik. Di tengah kebutuhan infrastruktur yang mendesak, masyarakat berharap komitmen pemerintah tak hanya sebatas wacana, melainkan nyata di lapangan.






