HRD PT Bridgestone Aek Tarum, Sebut ‘Kadesnya Pekok Ngantuk’
Terkait tudingan PT Bridgestone tidak salurkan dana Corporate Social Responsibility (CSR), Human Resource Development (HRD) PT Bridgeston Devisi IV Aek Tarum bilang
Kepala Desa Aek Tarum, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan Sumatera Utara Ahmad Yani Simangunsong ‘pekok dan ngantuk’.
Itu diucapkan HRD PT Bridgestone Rudi Lubis. Menurutnya tudingan itu tidak mendasar.
Karena management perusahaan sifatnya hanya menunggu adanya usulan proposal dari warga desa sekitar.
Baca juga : Miris! Oknum Kades Tega Gunakan Dana Desa untuk Judi Online
‘Kadesnya itu pekok dan lagi ngantuk “, kata Rudi Lubis kepada wartawan. Jumat (31/01/2025) pukul 12. 30 Wib di Aek Tarum.
Ia menuturkan, sekarang ini PT Bridgeston agak sulit semenjak dibawah kepemimpinan orang Jepang.
Mereka tidak mau menyalurkan dana CSR perusahaan melalui uang kontan. Harus ada usulan proposal dari warga sekitar atau kantor desa.
Itupun usulan proposal bantuan dana CSR tersebut umumnya yang bersifat kemitraan seperti usaha mikro kecil menengah bagi masyarakat sekitar perusahaan. Tidak bersifat uang kontan atau tunai.
Baca juga : Kendaraan Dinas Digadaikan! Oknum Kades di Buntu Pane Jadi Perbincangan
Selain itu perkebunan karet PT. Bridgeston Devisi IV Aek Tarum yang memiliki luas areal hak guna usaha (HGU) seluas 4.100 ha lebih. PT. Bridgeston juga memiliki kemitraan dengan beberapa kelompok tani melalui program plasma seluas 800 ha.
“Setiap tiga bulan sekali kelompok tani plasma yang dikelola oleh masyarakat sekitar perkebunan kami berikan bantuan berupa alat alat keperluan untuk menderes hingga pupuk. Dan hasil karet dari kelompok tani plasma tersebut dibeli langsung oleh PT. Bridgeston dengan harga tinggi,” ujarnya.
“Tahun 2023 yang lalu, PT. Bridgeston Devisi IV Aek Tarum sudah memperpanjang HGU nya. Dalam perpanjangan HGU tersebut kami telah melepas beberapa aset tanah HGU perusahaan kepada pemerintah daerah seperti bangunan sekolah, jalan, balai desa dan lainnya. Jadi tudingan Kepala Desa Aek Tarum itu menurut kami tidak mendasar. Sampai sekarang belum ada warga sekitar ataupun dari balai desa yang mengusulkan proposal bantuan dana CSR. Yang pekok lah (bodoh–red) kepala desa itu, sudah ngantuk dia,” tutup Rudi Lubis.