Analisasumut.com
Beranda Analisa NEWS Gus Irawan Persembahkan Penghargaan Nasional, Kado Istimewa untuk Tapsel di HUT ke-75

Gus Irawan Persembahkan Penghargaan Nasional, Kado Istimewa untuk Tapsel di HUT ke-75

Melalui program Gerakan 1.000 Kolam, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) berhasil meraih penghargaan terbaik pertama pada ajang Indonesia’s SDGs Action Awards 2025 yang digelar Bappenas. Penghargaan bergengsi ini menjadi kado istimewa pada peringatan Hari Jadi ke-75 Tapsel, Rabu (19/11/2025).

Dibaca Juga : Pemulihan Ekonomi Palau: Negeri Kepulauan Kecil yang Bangkit di Tengah Guncangan Global

Penghargaan diserahkan langsung oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, kepada Bupati Tapsel, Gus Irawan Pasaribu, di Gedung Utama Kantor Kementerian PPN/Bappenas.

Tapsel berhasil menyingkirkan seluruh peserta dari berbagai kabupaten di Indonesia, termasuk tiga finalis dari Pulau Jawa: Temanggung, Bogor, dan Karawang.

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, menyampaikan capaian para penerima penghargaan akan didokumentasikan secara nasional dan bahkan disampaikan ke kantor PBB di New York mengingat eratnya kerja sama antara Bappenas dan PBB dalam agenda pembangunan berkelanjutan.

Bupati Tapsel, Gus Irawan Pasaribu, mengatakan penghargaan ini bukan hanya buah dari kerja pemerintah, tetapi hasil gotong royong seluruh masyarakat Tapsel.

“Penghargaan ini sejatinya milik masyarakat Tapsel. Kita patut berbangga, karena Tapsel menjadi satu-satunya daerah di Sumatera yang meraih peringkat pertama,” ujarnya.

Gerakan 1.000 Kolam dinilai sangat strategis karena memenuhi 17 tujuan SDGs dan sejalan dengan empat Asta Cita Presiden Prabowo, terutama terkait ketahanan pangan, swasembada, energi air, serta ekonomi hijau dan biru. Program ini juga memperkuat poin-poin penting dalam Panca Cita Tapsel, mulai dari peningkatan ekonomi, pemenuhan gizi masyarakat, hingga pembangunan berkelanjutan.

Gus Irawan menjelaskan, konsep Gerakan 1.000 Kolam bukan sekadar angka simbolis, tetapi strategi produksi pangan jangka menengah yang telah dituangkan dalam RPJMD Tapsel. “Target kita bukan jumlah kolam, tetapi produksi. Tahun 2029, kita berharap Tapsel sudah swasembada dan surplus ikan,” jelasnya.

Program ini diperkuat dengan sistem tradisional lubuk larangan, yang kini menjadi bagian dari konsep ketahanan pangan berbasis masyarakat. Lubuk larangan dinilai memberi manfaat ekonomi, lingkungan, dan sosial.

“Di Angkola Selatan, satu kali panen lubuk larangan bisa menghasilkan Rp80–90 juta,” katanya.

Untuk memperkuat regulasi, beberapa desa bahkan sudah menetapkan Peraturan Desa terkait pengelolaan lubuk larangan, termasuk sistem denda bagi pelanggar untuk menjaga keberlanjutan ekosistem.

Dibaca Juga : Pemkab Tapteng Perkuat Koperasi dan UMKM, Dorong Kebangkitan Ekonomi Daerah

Saat ini, Tapsel telah memiliki 801 kolam ikan aktif, didukung APBD, APBDes, CSR, serta kolam swadaya masyarakat. Sebanyak 102 desa sudah mengimplementasikan program ketahanan pangan berbasis kolam, ditambah dengan banyaknya lubuk larangan yang terintegrasi.

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan