Analisasumut.com
Beranda Analisa NEWS Dilema Harga Gabah vs Biaya Produksi Akar Masalah Utang Petani Toba

Dilema Harga Gabah vs Biaya Produksi Akar Masalah Utang Petani Toba

Kabupaten Toba disebut-sebut surplus padi, sehingga tidak perlu khawatir kekurangan pangan (beras) di cuaca kemarau panjang.

Dibaca Juga : Ronaldo Akhiri Kutukan! Portugal Hancurkan Jerman, Lolos ke Final Liga Bangsa-Bangsa

Pasalnya dalam per tahunnya, petani menghasilkan produksi panen dapat dikatakan surplus dan mampu memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat di Toba, tetapi masyarakat belum sejahtera karena terlilit hutang.

Kepala Dinas (Kadis) Ketahanan Pangan (Ketapang) Kabupaten Toba, Darwin Sianipar, mengakui selama musim kemarau memang ada sekitar 10 persen petani padi mengalihkan persawahan mengganti menanam jagung dan tidak berpengaruh terhadap stok beras di Toba.

“Jagung juga bagus untuk meningkatkan ekonomi petani. Untuk stok beras hingga akhir tahun masih terbilang aman untuk Toba,” kata Darwin, Rabu (4/6/2025).

Dikatakan Darwin, luas persawahan di Kabupaten Toba ada sekitar 17.000 hektar dan ada sebagian yang sudah menerapkan pola dua kali tanam maka jika dikalkulasikan ada sekitar 22.000 hektar lahan yang dipanen per tahunnya.

“Untuk pertahunnya produksi panen padi di Toba dalam per hektar lebih kurang 6 ton. Jadi untuk produksi padi di Toba 22.000 dikali 6.000 kg maka hasilnya, 132.000.000 kg, dalam hitungan ton adalah 132.000 ton, sementara kebutuhan Toba hanya 100.000 ton,” ujarnya.

Hanya saja, Kadis Ketapang menyayangkan dengan surplus yang cukup lumayan 32.000 ton minimal, padi yang dipanen petani Toba mayoritas keluar daerah atau terjual ke daerah kabupaten-kota lainnya.

“Setelah dilakukan survei lapangan, dimana mayoritas petani kita terlilit utang kepada agen dan agen sendiri memiliki utang terhadap agen yang berasal dari luar kota,” katanya.

Kemudian, lanjut Darwin, untuk mengatasi permasalahan ini, Pemerintah Kabupaten Toba belum mampu mengatasi permasalahan ini. Karena anggaran yang dimiliki untuk memodali petani tidak ada.

“Sedangkan upaya yang dapat kita lakukan dan dalam tahap pengusulan kepada pihak bank agar memberikan bantuan modal kepada petani padi dengan jaminan agunan tanaman padi petani. Namun hingga kini, belum ada persetujuan dari pihak bank. Andai itu disetujui oleh bank sudah pasti padi petani akan tetap bertahan di Toba,” tuturnya.

Dikatakannya, ada opsi kedua yang dapat memecahkan solusi agar petani terlepas dari lilitan hutang dan padi Toba tidak beredar terlalu banyak ke daerah lain.

Dibaca Juga : 90 Ekor Lembu Kurban dari Pejabat Pemkab Labura, Bukti Kepedulian Sosial di Hari Raya Iduladha

“Semoga Badan Usaha milik daerah segera bisa terwujud untuk menampung hasil panen padi petani. Tumpuan kita pernah terbuka dengan keberadaan Koperasi Merah Putih, namun rata-rata mereka lebih memilih usaha simpan pinjam. Hanya sedikit yang berniat menampung hasil bumi. Akan kita sampaikan kepada instansi terkait yang menaungi Koperasi Merah Putih, setidaknya memberikan pinjaman kepada petani agar tidak terlilit hutang kepada tengkulak,” ucapnya.

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan