Analisasumut.com
Beranda Analisa NEWS Digusur Tanpa Kejelasan, Pedagang Pasar 3 Datuk Kabu Kian Terpuruk

Digusur Tanpa Kejelasan, Pedagang Pasar 3 Datuk Kabu Kian Terpuruk

Di Pasar 3 Datuk Kabu, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang, suasana pagi itu tampak seperti wilayah yang baru saja diguyur bencana.

Kayu-kayu patah berserakan, tenda-tenda yang dulu meneduhkan pedagang kini tinggal rangka, dan jejak lumpur menempel di sisi jalan.

Inilah pemandangan yang tersisa setelah penggusuran lapak para pedagang pada November 2025 lalu.

Ironisnya, meski lapak-lapak dihancurkan, geliat pasar tidak benar-benar padam.

Sejumlah pedagang tetap bertahan, menyusun meja seadanya, merentangkan terpal bekas, dan berharap dagangan mereka masih dicari para pembeli yang saban hari memenuhi Pasar 3.

“Kalau kami berhenti jualan, mau makan apa anak-anak? Lapak sudah dirobohkan, tapi hidup tetap harus jalan,” kata seorang pedagang, sembari merapikan sayur di atas meja darurat.

Baca Juga : Bengkel Gratis Polresta Deli Serdang Bantu Perbaiki Motor Warga Korban Banjir

Para pedagang mengaku hingga kini belum ada penjelasan, sosialisasi, apalagi penataan ulang dari pihak Pemkab Deli Serdang.

Setelah penggusuran berlangsung, kawasan pasar dibiarkan seperti puing-puing yang tak bertuan.

“Digusur, tapi dibiarkan begitu saja. Pedagang tidak diarahkan mau pindah ke mana. Kami cuma disuruh pergi tanpa solusi,” ujar pedagang lainnya.

Pantauan wartawan menunjukkan adanya kejanggalan. Penggusuran hanya menyasar sebagian lapak, terutama yang berdiri di atas parit.

Namun beberapa lapak lain yang posisinya serupa justru dibiarkan berdiri utuh, seolah memiliki hak istimewa. Bahkan dibangun dengan mengecor pondasi kayaknya rumah beton.

Kondisi itu memantik dugaan klasik yang kerap bergema di pasar-pasar tradisional: adanya praktik setoran kepada oknum tertentu.

“Yang satu digusur, yang satu tidak. Biasanya itu karena ada pengutipan yang selama ini berjalan,” ungkap seorang warga yang enggan disebut namanya.

Pasca parit dikorek, tumpukan lumpur justru dibiarkan menggunung di pinggir jalan yang berbatasan langsung dengan Kelurahan Denai, Medan Denai.

Alih-alih menjadi lebih rapi, kawasan itu kini tampak makin semrawut dan mengganggu estetika lingkungan.

Direktur Eksekutif Barisan Rakyat Pemerhati Korupsi (BARAPAKSI), Drs. Otti Batubara, menilai langkah Pemkab Deli Serdang janggal dan tidak tepat sasaran.

“Yang dibutuhkan itu penataan, bukan sekadar merobohkan lapak. Kalau pedagang ditata dan diberi tempat layak, itu justru bisa menjadi sumber pendapatan daerah. Tapi yang terjadi sekarang, digusur lalu dibiarkan begitu saja,” tegas Otti.

Otti menambahkan, ketidakkonsistenan penggusuran memunculkan persepsi negatif publik. Terutama terkait dugaan adanya setoran dari pedagang tertentu kepada oknum.

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan