Analisasumut.com
Beranda Analisa NEWS Banyak RS Di Sumut Tutup, Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dalam Bahaya

Banyak RS Di Sumut Tutup, Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dalam Bahaya

Rumah sakit adalah industri yang padat modal, padat karya, dan padat teknologi, dengan lingkungan kerja berisiko tinggi. Dalam kondisi ini, rumah sakit harus mampu beradaptasi untuk bertahan,” ujar Ahli Kesehatan Sumut, Destanul Aulia. SKM., MBA., MEc., Ph.D saat dimintai keterangannya pada Rabu (29/1).

Destanul Aulia yang juga Dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sumatera Utara (USU) ini juga menyatakan faktor eksternal seperti perubahan regulasi, peningkatan kesadaran masyarakat akan pilihan medis, serta kondisi ekonomi yang tidak stabil—termasuk inflasi, nilai tukar, dan pajak—mempengaruhi permintaan layanan kesehatan. Pasien kini lebih berhati-hati dalam memilih layanan kesehatan, sementara kenaikan harga akibat faktor ekonomi membuat biaya pelayanan semakin sensitif.

Sementara itu, faktor internal seperti tuntutan kesejahteraan tenaga medis dalam bentuk gaji dan insentif, serta kebutuhan akan alat kesehatan, obat-obatan, dan teknologi medis yang terus berkembang, menyebabkan biaya operasional rumah sakit terus meningkat.

Baca juga : Sekeluarga Rusak Gereja Di Lau Bakeri Malam Hari Pakai Beko

Rumah sakit yang tidak dapat memenuhi regulasi, seperti tidak memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau tidak mampu memperbarui izin operasional, berisiko ditutup. Selain itu, rumah sakit yang mengandalkan pasien non-BPJS lebih rentan dibandingkan yang telah bekerja sama dengan BPJS,” tambahnya.

Namun, kerja sama dengan BPJS pun bukan jaminan keberlanjutan, sebab rumah sakit yang terbukti melakukan malpraktik atau fraud dapat dikenakan sanksi hingga penutupan.

Jika rumah sakit terus mengalami kebangkrutan, dampaknya akan dirasakan langsung oleh masyarakat dan pemerintah daerah. Akses layanan kesehatan semakin terbatas, antrean pasien semakin panjang, dan keterlambatan penanganan bisa memperburuk kondisi pasien.

Selain itu, beban ekonomi masyarakat meningkat karena penyakit kronis seperti jantung, stroke, hipertensi, dan diabetes memiliki biaya pengobatan yang sangat tinggi. Kondisi ini berisiko menyebabkan lebih banyak masyarakat jatuh miskin akibat biaya kesehatan yang tidak terjangkau.

Jika masyarakat tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai, produktivitas mereka menurun. Pada akhirnya, ini akan menjadi beban tambahan bagi pemerintah,” jelasnya.

Perlunya Pengawasan Ketat dari Pemerintah Untuk mencegah semakin banyak rumah sakit yang bangkrut, Destanul Aulia menegaskan pentingnya pengawasan dan pembinaan dari pemerintah.

“Pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota serta organisasi seperti Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) harus memastikan mutu layanan tetap terjaga. Ini penting agar rumah sakit tetap beroperasi, pasien tetap berkunjung, dan kerja sama dengan BPJS atau asuransi lainnya tetap berlanjut,” tegasnya.

Dengan langkah strategis dan dukungan penuh dari pemerintah, diharapkan rumah sakit di Sumatera Utara dapat bertahan dan terus memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat.

Dampak penutupan rumah sakit ini juga disoroti Ketua Asosiasi RS Swasta Indonesia (ARSSI) Cabang Sumut, Dr. dr. Beni Satria, MKes, SH, MH, FISQua. kekhawatirannya terhadap dampak penutupan rumah sakit yang semakin marak terjadi, terutama bagi masyarakat yang bergantung pada fasilitas kesehatan tersebut.

Menurutnya, hak akses layanan kesehatan menjadi terhambat akibat tutupnya rumah sakit, terutama di daerah dengan keterbatasan fasilitas medis. “Masyarakat akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan layanan kesehatan yang memadai, dan ini berisiko tinggi bagi pasien dengan kondisi kronis, darurat, atau mereka yang membutuhkan perawatan rutin seperti dialisis dan kemoterapi,” ujar Beni.

Selain itu, rumah sakit yang masih beroperasi mengalami lonjakan beban pasien yang signifikan. Akibatnya, antrian panjang, penurunan kualitas layanan, serta keterbatasan fasilitas menjadi tantangan besar. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan angka kematian dan morbiditas, karena banyak penyakit yang seharusnya dapat dicegah justru menjadi fatal akibat keterlambatan penanganan,” tambahnya.

Tidak hanya berdampak pada kesehatan, masyarakat juga terpaksa melakukan perjalanan lebih jauh ke kota lain demi mendapatkan layanan medis. Hal ini meningkatkan biaya transportasi dan akomodasi, sekaligus mempersempit pilihan layanan kesehatan yang pada akhirnya membuat biaya medis semakin mahal.

Fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas dan klinik pun dipaksa menangani kasus-kasus yang seharusnya dirujuk ke rumah sakit, sehingga membebani sistem kesehatan secara keseluruhan. Bahkan, tidak menutup kemungkinan munculnya praktik medis tidak resmi atau pengobatan alternatif yang belum terjamin keamanannya, yang dapat berisiko bagi kesehatan masyarakat.

Lebih jauh, dalam situasi darurat seperti bencana alam atau wabah penyakit, ketiadaan fasilitas kesehatan yang memadai akan memperburuk kondisi serta menghambat upaya mitigasi dan respons cepat terhadap krisis kesehatan.

Dampak penutupan rumah sakit juga merambat ke sektor ekonomi dan sosial. Para pelaku usaha kecil, seperti pedagang di sekitar rumah sakit, kehilangan sumber penghasilan utama mereka.

Beni juga menyoroti kebijakan BPJS Kesehatan yang dinilai kurang responsif dalam menjaga kemitraan dengan rumah sakit swasta. “Untuk rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS, sebenarnya ada upaya agar kerja sama tidak langsung terputus. Namun, sayangnya, pihak BPJS Kesehatan cenderung mengabaikan hal ini,” tegasnya.

Ia berharap pemerintah dan pihak terkait segera mengambil langkah konkret untuk mencegah semakin banyaknya rumah sakit yang tutup, demi menjaga akses layanan kesehatan yang layak bagi masyarakat.

Sementara itu, sebelumnya diketahui ada sejumlah rumah sakit di Sumut tutup dengan beebagai alasan tertentu. Di Medan khususnya setidaknya sepanjang 2023 hinggan 2024 ada 8 rumah sakit yang tutup yakni:

  1. RSU Fajar
  2. RSJ Mahoni
  3. RSU Siti Hajar
  4. RSU Ridos
  5. RSU Ibnu Saleh (menjadi klinik)
  6. RSU Sehat
  7. RSU Bhakti
  8. RSU Permata Bunda. (Cbud).

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan