Bakteri ‘Kebal’ Antibiotik Menjadi Ancaman, Tiap 4 Menit Satu Warga Indonesia Tewas
Bakteri ‘kebal’ antibiotik atau resistensi antimikroba kini menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Dr. Robert Sinto, dari Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), mengungkapkan bahwa setiap empat menit satu warga Indonesia meninggal akibat infeksi bakteri yang tidak dapat disembuhkan dengan antibiotik.
Berdasarkan proyeksi dua tahun lalu, lebih dari 150 ribu kematian tercatat akibat resistensi antimikroba, yang diperkirakan akan terus meningkat jika penggunaan antibiotik tidak dilakukan dengan tepat.
Resistensi antimikroba kini menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, di mana infeksi bakteri tidak lagi dapat diobati dengan antibiotik yang ada.
Dr. Robert Sinto dari RSCM mengungkapkan bahwa proyeksi dua tahun lalu mencatat lebih dari 150 ribu kematian akibat resistensi antimikroba di Indonesia, yang berarti setiap 4 menit satu orang meninggal dunia
Dr. Sinto menjelaskan bahwa estimasi kematian akibat resistensi antimikroba terus meningkat, diperkirakan mencapai 1 juta jiwa setiap tahunnya di Indonesia. Hal ini seiring dengan rendahnya angka apotek yang memberikan antibiotik sesuai dengan resep dokter, hanya sekitar 20 persen.
Ia juga mencontohkan bahwa pada beberapa kasus kanker dan stroke, kematian bisa dipicu oleh infeksi bakteri yang tidak bisa disembuhkan dengan antibiotik, bukan hanya karena penyakit utama yang diderita.
Penyebab utama dari resistensi antimikroba adalah penggunaan antibiotik yang tidak tepat, yang terbagi dalam tiga faktor.
Pertama, banyak pasien yang meminta antibiotik kepada dokter untuk mempercepat proses pemulihan meskipun tidak ada indikasi medis. Kedua, pasien yang tidak menghabiskan antibiotik sesuai dengan anjuran dokter meskipun sudah ada indikasi.
Tidak hanya faktor hubungan antara pasien dan dokter, Dr. Sinto menekankan pentingnya keterlibatan kementerian dan lembaga terkait dalam penanggulangan resistensi antimikroba.
Penggunaan antibiotik dalam pakan ternak juga menjadi pemicu, yang perlu diatur ketat oleh Kementerian Pertanian dan Kemenko PMK.
Kebiasaan membuang limbah antibiotik sembarangan juga memperburuk masalah ini, membuat mikroba di lingkungan semakin kebal terhadap obat-obatan.
Mengutip temuan ilmuwan, dokter spesialis anak Arifianto memperingatkan bahwa dunia, termasuk Indonesia, mungkin akan memasuki era “post-antibiotic” di mana antibiotik tidak lagi efektif
“Kita mungkin tidak merasakannya sekarang, tetapi anak cucu kita bisa jadi merasakannya,” pungkasnya.