Alasan di Balik Penundaan Perbaikan Jembatan Namorambe oleh Dinas PU Deli Serdang Meski Dianggarkan Rp 17,6 M
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Deli Serdang, buka suara mengenai jembatan penghubung antar Desa di Kecamatan Namorambe rubuh hingga nyaris menelan korban jiwa.
Kadis PU Pemkab Deli Serdang, Janso Sipahutar mengatakan jembatan tersebut sudah rusak sejak akhir tahun 2024 lalu dan kendaraan mobil dilarang melintas.
Kemudian, sudah sempat dianggarkan pembangunan ulangnya dengan biaya sebesar Rp 17,6 Miliar.
Namun seiring berjalannya waktu, ternyata biaya pembangunan semaki membengkak akibat erosi di tepi sungai Deli.
Erosi membuat biaya melebihi yang sudah dianggarkan sejak awal, sehingga pembangunan ditunda.
“Di tahun lalu, sudah kita anggarkan tahun ini 17,6 Miliar lebih. Tetapi dalam perjalanannya longsor di lokasi makin besar. Jadi anggaran sudah kita ploting tidak mencukupi,”kata Kadis PU Pemkab Deli Serdang, Janso Sipahutar, Sabtu (24/5/2025).
Ditanya kapan mulai dibangun, Janso menyebut kemungkinan awal tahun 2026 akan mulai lelang proyek. Namun lokasi jembatan akan dipindahkan dari lokasi saat ini.
Pemindahan dilakukan karena jarak antar tebing sungai terlalu panjang, sedangkan ukuran jembatannya kecil.
Baca Juga : Peringatan Diabaikan, Jembatan di Deli Serdang Ambruk Sebabkan Satu Korban
“Awal tahun mungkin akan dilelangkan. Makanya cari lokasi yang lebih pendek supaya anggaran lebih minim.”
Terjadi perbedaan pendapat antara Camat Namorambe Febri Gurusinga dengan Kadis PU Deli Serdang Janso Sipahutar soal jembatan.
Camat Namorambe Febri bilang jembatan penghubung tersebut sangat penting untuk pelajar dan warga karena ada 12 Desa di seberang jembatan, kalau dari jalan besar Namorambe.
Sebab, pelajar dari 12 Desa di Namorambe harus melalui jembatan ini yang menjadi akses terdekat mereka.
Sebab 2 sekolah negeri Namorambe baik SMA dan SMP terletak di sisi seberang. Kalau melewati jalan lainnya pelajar dan warga semakin sulit karena terlalu jauh.
Sedangkan Kadis PU, Janso Sipahutar bilang akses jembatan penghubung bukan hanya itu. Masyarakat masih bisa melewati jalan lainnya yang ada.
Bahkan, ia juga berharap kesukarelaan warga yang memiliki lahan agar memberikan akses supaya tanahnya bisa dilewati apabila pembangunan ulang jembatan dilakukan jauh dari lokasi awal.
“Kalau melewati tanah masyarakat mungkin bisa dibantu. Jalur banyak bukan itu saja.”
Sebelumnya, jembatan penghubung yang melewati sungai Deli, antar Desa Namo Landur – Gunung Lawas, Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara putus.
Saat kejadian, sebuah mobil pikap diduga membawa bahan bakar minyak (BBM) bercorak loreng yang melintas turut menjadi korban hingga kecemplung ke sungai.
Akibatnya, dua orang yang berada di dalam mobil dikabarkan luka dan sempat dirawat di rumah sakit.
Pantauan di lokasi, jembatan putus di ujung jalan menuju ke Desa Gunung Lawas.
Dibawah jembatan juga masih terlihat mobil pikap bercorak loreng terguling dibawah jembatan.
Sampai saat ini mobil tersebut belum dievakuasi dan masih berada di lokasi.
Lina Ginting, warga sekitar mengatakan, jembatan penghubung antar Desa rubuh pada Rabu 21 Mei malam kemarin, sekira pukul 20:00 WIB.
Saat kejadian, mobil yang dikemudikan sopir beserta kernet melintas dari arah Desa Namo Landur ke Desa Gunung Lawas. Tiba-tiba di ujung jalan, jembatan ambruk dan mobil terjun kebawah.
“iya pas mobil lewat (ambruknya) mau nyeberang ke sana. katanya mereka bawa minyak. Ada 2 orang didalam mobil, 1 patah tangan,”kata Lina Ginting, ditemui di lokasi kejadian, Sabtu (24/5/2025).
Lina menyebut jembatan penghubung antar Desa ini menjadi salah satu akses pelajar dari wilayah Desa Gunung Lawas yang mau pergi sekolah di SMA Negeri 1 Kecamatan Namorambe.
Sehingga jembatan ini sangat aktif digunakan bagi para siswa. Selain itu, masyarakat juga menggunakan jembatan ini untuk beraktivitas, khususnya ke kebun.
Setelah rubuh, masyarakat dan pelajar terpaksa memutar jauh ke jembatan lain yang jaraknya semakin jauh kilometer.
“Jembatan ini jembatan penghubung. Disini sekolah paling dekat, disini ada dua sekolah negeri, SMP negeri dan SMA negeri. Sejak jembatan putus harus mutar lah ujung ke ujung.”
Menurut Lina, jembatan ini sebenarnya sudah lama rusak. Selama ini juga sudah ada plang pemberitahuan kalau jembatan tidak bisa dilalui mobil alias hanya sepeda motor.
Namun terkadang ada saja mobil yang melintas, meski sudah ada peringatan.
Lina berharap pemerintah bisa segera memperbaiki jembatan karena salah satu akses warga dan pelajar sehari-hari.
“harapannya jembatan ini diperbaiki, kasihan anak sekolah ini jembatan penghubung untuk anak itu sekolah.”
Salah satu pengendara bernama Ridwan, warga Kota Medan bersama anak dan istrinya mengaku kaget ketika mau melintas jembatan sudah rubuh.
Ia pun terpaksa memutar balik sepeda motornya, supaya bisa sampai ke Desa yang ada di seberang jembatan.
Selain Ridwan, ada beberapa warga yang mau melintas terpaksa putar balik.
“Pas mau lewat sini nampak jembatan rusak ya balik lagi lah. Baru tahu rusak karena biasa memang selalu lewat sini ini harus mutar dari delitua dulu,”kata Ridwan.






