Analisasumut.com
Beranda Analisa NEWS Kelangkaan Pertalite di Simalungun: Pedagang Kecil dan Pekerja Harian Kian Terjepit

Kelangkaan Pertalite di Simalungun: Pedagang Kecil dan Pekerja Harian Kian Terjepit

Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite yang hingga kini belum pulih di Kabupaten Simalungun mulai menekan ekonomi masyarakat kecil.

Dibaca Juga : Praktisi Hukum Soroti Kasus Persetubuhan Anak: Penahanan Tersangka Tidak Bisa Ditangguhkan

Para pedagang keliling, pekerja harian, hingga ibu rumah tangga kini menghadapi kenaikan biaya operasional serta terbatasnya mobilitas akibat sulit mendapatkan BBM.

Dampaknya semakin terasa di wilayah Habonaron do Bona. Salah satu warga yang merasakan langsung tekanan tersebut adalah Indra Dermawan, akrab disapa Mawan, pedagang bakso keliling di Bah Birong Ulu, Kecamatan Sidamanik.

Ia mengaku sudah dua hari berhenti berdagang karena tidak mampu mendapatkan Pertalite. Sementara itu, jika ke SPBU harus menempuh jarak sejauh 18 kilometer. “Ada jual minyak ketengan, Pertamax, tapi harganya Rp16.000 seliter,” ujar Indra.

Beban semakin berat akibat kenaikan harga bahan pokok. “Harga bahan pokok juga naik, sudah dua hari juga tidak jualan, susah dapat minyak,” katanya, Rabu (10/12/2025).

Keluhan serupa datang dari Resta Tampubolon, seorang tukang ojek pangkalan di Nagori Sigodang, Kecamatan Panei. Ia mengatakan pendapatannya turun drastis akibat harus membeli BBM eceran dengan harga tinggi.

“Biasanya saya bisa narik sampai sore, tapi sekarang modal bensin saja sudah habis duluan. Pertalite nggak ada, jadi terpaksa beli Pertamax eceran yang mahal. Satu liter Rp18.000,” ucapnya.

Dampak lain dirasakan Aldi Sipayung, seorang kurir paket harian di Kecamatan Silimahuta. Ia mengaku kerap terlambat mengantar barang karena harus antre lama di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

“Target pengiriman sering nggak tercapai karena minyak payah. Kalau pun dapat, harganya mahal. Komisi saya turun jauh,” ujarnya.

“SPBU jaraknya 25 kilometer. Hari-hari sebelumnya kami tetap membeli eceran, tapi tak semahal ini. Ini sudah mahal, susah juga didapatkan. Sekarang satu botol mineral besar harganya Rp35.000, dari biasa Rp23.000,” tambahnya.

Pantauan di SPBU Raya pada Rabu (10/12/2025) siang memperlihatkan bahwa stok Pertalite yang sempat habis sudah kembali masuk, membuat antrean yang sebelumnya mengular perlahan berkurang. Meski begitu, antrean kendaraan tetap meluber ke luar area SPBU hingga bahu jalan.

Dibaca Juga : USI Kirim Bantuan ke Tapteng–Sibolga, BEM Bergerak Galang Donasi untuk Aceh Tamiang

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa pedagang kecil, sopir angkutan, kurir barang, dan kelompok pekerja harian akan semakin terpuruk jika kelangkaan berlanjut, apalagi menjelang akhir tahun.

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan