Pendanaan Global Fund Anjlok, Upaya Perang Melawan HIV, TB, dan Malaria Terancam Mandek
Summit Eighth Replenishment milik Global Fund resmi digelar di Johannesburg pada Jumat (21/11/2025). Pertemuan akbar ini menjadi momen krusial bagi upaya global mengakhiri tiga penyakit mematikan HIV/AIDS, tuberkulosis (TB), dan malaria yang selama dua dekade terakhir telah merenggut jutaan nyawa. Tahun ini, Global Fund menargetkan penggalangan dana sebesar US$ 18 miliar untuk mendukung program tiga tahun mendatang.
Dibaca Juga : Kasus Penganiayaan di Sideak Memanas, Dua Pihak Saling Lapor hingga Polisi Gelar Reka Ulang
Namun suasana summit kali ini jauh dari optimistis. Laporan terbaru menunjukkan bahwa pendanaan internasional untuk ketiga penyakit tersebut diprediksi anjlok 30–40% dibanding 2023. Tren ini memunculkan kekhawatiran serius, terutama di negara-negara yang selama ini sangat bergantung pada bantuan luar negeri untuk menjaga layanan kesehatan masyarakat tetap berjalan.
Momentum Kritis di Tengah Ketidakpastian Global
Digelar berdekatan dengan KTT G20 di kota yang sama, summit Global Fund berupaya memanfaatkan perhatian politik internasional untuk memperkuat komitmen kesehatan global. Co-hosting Afrika Selatan dan Inggris memberi sinyal bahwa kolaborasi lintas negara—baik maju maupun berkembang—tetap menjadi kunci dalam memerangi penyakit menular utama.
Namun, meski urgensinya jelas, tantangannya tidak kecil. Ekonomi dunia yang sedang lesu, prioritas anggaran yang bergeser, serta ketegangan geopolitik membuat banyak negara donor melakukan pemangkasan kontribusi, termasuk Inggris yang memangkas dukungan hingga 15% pada siklus pendanaan kali ini.
Penurunan Bantuan Internasional: Ancaman Nyata bagi Negara Rentan
Laporan dari Le Monde menunjukkan gambaran yang mengkhawatirkan: negara-negara donor menghadapi tekanan fiskal yang menyebabkan alokasi anggaran kesehatan global berkurang drastis. Akibatnya, negara-negara berpendapatan rendah berisiko kehilangan akses terhadap layanan krusial seperti pengobatan antiretroviral, diagnostik TB cepat, hingga distribusi kelambu antimalaria.
Organisasi kemanusiaan seperti Médecins Sans Frontières (MSF) sudah memperingatkan bahwa kegagalan mencapai target US$ 18 miliar dapat “menghapus puluhan tahun kemajuan” dalam perang melawan ketiga penyakit tersebut. Tanpa pendanaan stabil, inovasi medis seperti vaksin TB terbaru atau terapi HIV generasi baru kemungkinan sulit menjangkau negara yang paling membutuhkan.
Dorongan Self-Reliance: Jalan Panjang Menuju Kemandirian Kesehatan
Di tengah penurunan bantuan asing, muncul tuntutan agar negara-negara penerima meningkatkan self-reliance—mengandalkan anggaran domestik untuk membiayai sistem kesehatan mereka sendiri. Pendekatan ini mencakup optimalisasi pajak sin, perluasan asuransi kesehatan publik, dan efisiensi tata kelola anggaran.
Meski ideal, transisi menuju kemandirian tidak dapat terjadi dalam semalam. Banyak negara masih bergulat dengan ekonomi yang rapuh, sistem kesehatan yang belum cukup kuat, dan ketergantungan jangka panjang pada donor internasional untuk infrastruktur kesehatan dasar.
Mengapa Summit Ini Menentukan Masa Depan Kesehatan Global
Pendanaan Global Fund bukan hanya soal penyediaan obat atau kelambu. Di banyak negara, program ini menjadi tulang punggung sistem kesehatan: pendataan epidemiologi, pelatihan tenaga medis, layanan pencegahan, hingga respons darurat penyakit. Kekurangan dana berarti risko kemunduran kolektif, bukan hanya pada HIV, TB, dan malaria, tetapi juga terhadap kesiapsiagaan pandemi di masa depan.
Summit di Johannesburg menjadi panggung penting untuk menguji sejauh mana dunia masih memiliki kemauan politik dan komitmen moral untuk memerangi penyakit yang telah lama menjadi ancaman kemanusiaan.
Global Fund Eighth Replenishment Summit 2025 berlangsung pada masa yang penuh tantangan. Ketika bantuan internasional menurun drastis dan self-reliance menjadi tuntutan baru, keberhasilan penggalangan dana ini akan sangat menentukan arah perang global melawan HIV, TB, dan malaria.
Apakah dunia siap mempertahankan pencapaian puluhan tahun terakhir? Atau apakah kita akan menyaksikan kebangkitan kembali tiga penyakit mematikan yang sudah hampir berhasil ditekan?
Dibaca Juga : Pemkab Toba Siapkan Revisi Perda RT-RW, Lahan Persawahan LP2B Makin Terlindungi
Jawabannya bergantung pada komitmen negara-negara donor, inovasi pendanaan, dan keseriusan semua pihak memastikan bahwa kesehatan publik tetap menjadi prioritas.






