Tifatul: Nuklir di Indonesia Sudah Dimanfaatkan untuk CT Scan dan Kesehatan
Tifatul Sembiring, anggota DPR RI Komisi VII, menyampaikan bahwa energi nuklir di Indonesia telah dimanfaatkan untuk keperluan medis, khususnya dalam prosedur CT Scan, saat berdiskusi dengan siswa SMA IT Al Fityan Medan pada Selasa, 5 Agustus 2025 .
Ia menjelaskan bahwa isotop radioaktif digunakan dalam CT Scan untuk memindai tubuh hingga ratusan irisan atau “potongan”. Proses ini memungkinkan pencitraan organ seperti jantung dan otak secara sangat detail. “Kalau kita mau CT Scan sampai 500 potong tubuh, kita akan diinfus dengan isotop, kemudian direkam secara detail — jantung bisa diputar, otak bisa terlihat jelas,” ujarnya .
Tifatul menyatakan bahwa Indonesia telah memiliki dua reaktor nuklir penelitian, yang berfungsi memproduksi isotop medis dan mendukung riset, berlokasi di Bandung dan Serpong . Ia menegaskan bahwa penggunaan nuklir di Indonesia belum diarahkan untuk militer atau senjata nuklir, melainkan fokus pada aplikasi medis dan energi bersih jika dikelola dengan aman .
Baca juga : RSUP H Adam Malik Sukses Lakukan 100 Operasi Aneurisma Otak
Pernyataan ini menyoroti pemahaman bahwa nuklir tidak selalu negatif, melainkan dapat memberi manfaat besar jika dimanfaatkan secara benar dalam bidang diagnostik dan terapi. Jika Anda ingin mendalami angka produksi isotop medis, regulasi BAPETEN, atau peran reaktor penelitian, saya siap membantu!
Energi nuklir sebenarnya sudah dimanfaatkan di Indonesia, khususnya di bidang medis. Hal ini disampaikan anggota Komisi VII DPR RI, Tifatul Sembiring, saat berdiskusi dengan sejumlah siswa SMA IT Al Fityan Medan, Selasa (5/8/2025).
“Nuklir di Indonesia sudah digunakan, tapi masih dalam bentuk isotop untuk keperluan medis, seperti di rumah sakit. Bahkan di tubuh saya ini sudah sering nuklir lewat,” ujarnya.
Tifatul mencontohkan, pemanfaatan isotop bisa ditemukan dalam prosedur CT Scan, terutama untuk pemindaian tubuh secara mendetail hingga ratusan bagian.
“Kalau kita mau CT Scan sampai 500 potong tubuh, kita akan diinfus dengan isotop. Kemudian direkam secara detail—jantung bisa diputar, otak bisa terlihat jelas,” katanya.
Ia juga menyebutkan Indonesia saat ini memiliki dua reaktor nuklir penelitian yang berfungsi untuk memproduksi isotop medis dan kegiatan riset, yakni di Bandung dan Serpong.
“Itu ada bahan-bahan nuklirnya. Yang tempo hari sempat ramai karena isu diperjualbelikan, ya itu dari situ juga,” ucapnya.
Namun demikian, Tifatul menegaskan Indonesia belum mengarah pada penggunaan nuklir untuk kepentingan militer atau senjata. “Kalau untuk senjata, kita masih jauh. Tapi kalau nuklir dibuat dengan sistem yang baik, itu aman,” katanya.
Ia mengimbau masyarakat tidak menyamakan nuklir untuk energi atau medis dengan peristiwa tragis seperti Chernobyl atau bom Hiroshima dan Nagasaki, yang menyebabkan ratusan ribu jiwa melayang akibat paparan sinar gamma.
“Sinar gamma itu tembus ruang dan sangat berbahaya. Sedangkan sinar beta seperti rontgen, dan sinar X itu biasa kita lihat di film—bisa melihat tulang,” ucapnya.






