Analisasumut.com
Beranda Analisa NEWS Pematangsiantar Cetak Sejarah, Masuk 5 Besar Kota Paling Toleran di Indonesia

Pematangsiantar Cetak Sejarah, Masuk 5 Besar Kota Paling Toleran di Indonesia

Kota Pematangsiantar kembali masuk sebagai salah satu kota paling toleran di Indonesia. Dalam peluncuran indeks kota toleran versi SETARA Institute yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan (Jaksel), Selasa (27/5/2025), Kota Pematangsiantar menduduki peringkat ke-5.

Dibaca Juga : Jembatan di Jalan Ulakma Sinaga Simalungun Nyaris Ambruk Diterjang Longsor, Warga Khawatir!

Kota Salatiga, Jawa Tengah, masih menduduki peringkat teratas sebagai kota paling toleran di Indonesia. Salatiga memperoleh indeks skor 6,544.

Untuk kota dengan skor tertinggi kedua adalah Singkawang, Kalimantan Barat (Kalbar), dengan skor 6,420.

Indeks tersebut memiliki empat variabel dalam mengukurnya. Berikut ini peringkat 10 terbesar kota toleran berdasarkan indeks kota toleran SETARA Institute untuk tahun 2024:

1. Salatiga skor 6,544

2. Singkawang skor 6,420

3. Semarang skor 6,356

4. Magelang skor 6,248

5. Pematangsiantar skor 6,115

6. Sukabumi skor 5,968

7. Bekasi skor 5,939

8. Kediri skor 5,925

9. Manado skor 5,912

10. Kupang skor 5,853

Tahun 2015 Pematangsiantar pernah berada di peringkat pertama sebagai kota paling toleran di Indonesia.

Kemudian tahun 2018, Pematangsiantar turun ke peringkat tiga. Tahun 2019, melorot jauh ke peringkat 51. Tahun 2022, Pematangsiantar mulai naik lagi ke peringkat 31 dan tahun 2023 berada pada peringkat 11.

Ismail Hasani, Ketua Badan Pengurus SETARA Institute, menyampaikan indeks kota toleran yang setiap tahun diluncurkan SETARA punya pengaruh yang signifikan terhadap respons wali kota se-Indonesia.

“Karena kemampuannya menggerakkan elemen-elemen masyarakat, birokrasi, termasuk juga memprovokasi wali kota-wali kota,” kata Ismail.

Karena itu, kata Ismail, para wali kota itu kemudian bergerak, berbenah, terus menerus. “Kami mencatat beberapa kota yg tidak pernah nyerah,” ucap Ismail.

Dia juga menyebut dampaknya membuat pemerintah kota (pemkot) menjadi berbenah. Kota yang mendapatkan skor rendah akhirnya mulai memperbaikinya.

“Dari yang awalnya dicaci maki kota intoleran, kemudian bergerak mulai dulu dari keluar zona merah dan seterusnya,” tuturnya.

Dibaca Juga : 4 Tahun Jalan Pertanian Sidamanik Rusak, Ongkos Angkut Petani Naik Drastis

Ismail menjelaskan komitmen menggelar indeks kota toleran akan terus digelar. Sebab, kebutuhan tersebut telah mencakup seluruh Indonesia.

Komentar
Bagikan:

2 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan