Orang Tua tak Restui Kuliah karena Ekonomi, Pelajar di Porsea Bunuh Diri
Peristiwa tragis ini mengejutkan keluarga dan masyarakat sekitar. Pihak kepolisian yang menerima laporan segera melakukan penyelidikan untuk mengungkap lebih lanjut motif dan kronologi kejadian. Sementara itu, kasus ini memicu perhatian banyak pihak terkait pentingnya dukungan keluarga terhadap pendidikan anak.
Tragedi memilukan menimpa satu keluarga di Kabupaten Toba. Pelajar berinisial KS, yang baru saja lulus Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) di Manado, memilih bunuh diri setelah impian kuliahnya harus pupus karena tak mendapatkan restu dari orang tuanya.
Pelajar berusia 19 tahun asal Desa Lumban Manurung, Kecamatan Porsea ditemukan, Jumat (21/3/2025), setelah diduga mengakhiri hidupnya dengan cara menceburkan diri ke sungai di Desa Bius Barat, Kecamatan Parmaksian.
Menurut Kapolsek Porsea, AKP Daniel Aritonang, penolakan orang tua terhadap rencana melanjutkan pendidikan tinggi tersebut didasari oleh keterbatasan ekonomi. Mengetahui itu, korban frustasi, dan duduk di pinggir sungai yang memiliki kedalaman 3 meter, Rabu (19/3/2025).
Baca juga : Camat Medan Polonia dan Lurah TSM III Diperiksa lnspektorat
Melihat itu, ayah korban sempat membujuknya dengan berbagai upaya untuk segera pulang, tetapi korban tidak merespons.
“Sebelumnya, kedua orang tuanya sempat membujuk korban untuk segera pulang sambil mengatakan kondisi ekonomi mereka yang tidak mampu untuk biaya kuliah, namun korban enggan pulang,” kata Kapolsek.
Beberapa saat kemudian, ayah korban pergi membeli token listrik. Namun, ketika ayahnya kembali, KS sudah tidak ada di tempat. Ayahnya pun kemudian memberitahukan kepada warga untuk segera melakukan pencarian.
Setelah mencari beberapa hari, mayat KS baru ditemukan mengambang usai membuka bendungan sungai.
Kisah ini menjadi pengingat betapa pentingnya dialog dan pemahaman antara orang tua dan anak, khususnya dalam menapaki masa depan yang penuh harapan.
Kejadian tragis ini menjadi pengingat bagi masyarakat akan pentingnya dukungan keluarga dan lingkungan dalam pendidikan serta kesehatan mental remaja.
Diharapkan, pemerintah dan berbagai pihak dapat memberikan solusi bagi pelajar yang mengalami kendala ekonomi agar tetap bisa melanjutkan pendidikan tanpa tekanan yang berujung pada keputusan fatal. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dalam menghadapi musibah ini.






