Analisasumut.com
Beranda Analisa NEWS Paus Fransiskus Alami Bronkitis, Begini Rekam Medisnya Selama Menjabat

Paus Fransiskus Alami Bronkitis, Begini Rekam Medisnya Selama Menjabat

Vatikan mengumumkan bahwa Paus Fransiskus sakit bronkitis. Sakit ini muncul setelah Paus Fransiskus mengalami pilek parah.  Kendati demikian, Paus Fransiskus masih bisa melanjutkan aktivitas seperti biasanya.  “Karena bronkitis yang dia alami akhir-akhir ini, dan untuk melanjutkan kegiatannya, pada hari Jumat, 7 Februari, dan Sabtu, 8 Februari, audiensi Paus Fransiskus akan diadakan di Casa Santa Marta,” tulis pengumuman Vatikan dikutip dari Catholic News Agency, Jumat (7/2/2025).

Dibaca Juga : Kepedulian Tinggi, Warga Ajibata Bantu Meringankan Beban Korban Kebakaran Parsoburan

Sedikit memberitahu, Pemimpin gereja Katolik Roma sejak tahun 2013 ini berulang kali dirawat di rumah sakit. Dia juga pernah menjalani operasi besar pada saat muda untuk mengangkat sebagian paru-parunya. Dia juga sering mengeluhkan linu panggul, atau nyeri saraf, yang membuatnya sulit berjalan dan berdiri. Dua tahun lalu, ligamen lututnya terkilir dan mengalami patah tulang kecil di salah satu lututnya yang memaksanya menggunakan kursi roda dan alat bantu jalan selama lebih dari setahun.

Paus Fransiskus yang saat ini berusia 88 tahun memiliki dokter pribadi, Dr Roberto Bernabei, yang merupakan dokter spesialis penyakit dalam dan geriatri di Universitas Katolik Hati Kudus di Roma.  Ia juga memiliki perawat pribadi, Massimiliano Strappetti, seorang karyawan sistem kesehatan Vatikan yang menurut Fransiskus telah menyelamatkan hidupnya ketika dia didiagnosis masalah usus pada tahun 2021. Pada tahun 2022, Fransiskus menunjuk Strappetti sebagai “asisten perawatan kesehatan pribadinya.” Strappetti dan Bernabei biasanya menemani Fransiskus dalam perjalanan ke luar negerinya.

Berikut riwayat kesehatan Paus Fransiskus.

Pada tahun 2023, Vatikan mengatakan Paus membutuhkan operasi untuk memperbaiki laparokel, hernia yang terkadang terbentuk di atas bekas luka, biasanya akibat pembedahan. Kondisi ini juga dapat disebabkan oleh obesitas atau kelemahan otot dinding perut. Sebuah pernyataan mengatakan tim medisnya telah memutuskan bahwa operasi, yang akan dilakukan dengan anestesi umum, diperlukan karena kondisi tersebut menyebabkan penyumbatan usus yang menyakitkan.

Di bulan Juli 2021, Paus menjalani operasi pengangkatan 33 cm usus besarnya dalam operasi enam jam yang ditujukan untuk mengatasi kondisi usus yang menyakitkan yang disebut divertikulitis Pada bulan Maret tahun 2023, Paus dibawa ke rumah sakit setelah mengeluh bahwa ia mengalami kesulitan bernapas. Ia pulih dengan cepat setelah menerima antibiotik untuk bronkitis. Pada bulan April, dokternya menyuruhnya untuk tidak menghadiri kebaktian Jumat Agung di luar ruangan karena cuaca dingin di Roma.

Punggung dan lutut

Paus telah lama menderita linu panggul, kondisi saraf kronis yang menyebabkan nyeri punggung, pinggul, dan kaki. Penyakit yang kambuh menyebabkan Paus tidak menghadiri kebaktian Malam Tahun Baru dan Hari Tahun Baru pada bulan Desember 2020, pertama kalinya masalah kesehatan menyebabkannya tidak menghadiri acara keagamaan besar. Pada tahun 2022, ia terpaksa membatalkan perjalanan ke Lebanon, Republik Demokratik Kongo, dan Sudan Selatan karena masalah berjalannya. Ia menjadwalkan ulang perjalanan ke Afrika dan pergi ke kedua negara tersebut awal tahun ini. Paus sekarang menggunakan kursi roda atau tongkat sehari-harinya.

Kesehatan mental

Paus Fransiskus mengatakan pada tahun 2021 ia menemui seorang psikiater di negara asalnya Argentina ketika ia masih menjadi pendeta muda yang membantunya mengatasi kecemasan selama masa kediktatoran militer. Ia mengatakan ia telah belajar untuk mengatasi masalah tersebut melalui berbagai mekanisme, termasuk mendengarkan musik Johann Sebastian Bach.

Apa Itu Bronkitis? 

Bronkitis akut adalah kondisi ketika saluran bronkial—yang berfungsi membawa udara ke dan dari paru-paru—mengalami peradangan. Biasanya, bronkitis akut disebabkan oleh infeksi virus seperti flu atau pilek dan dapat sembuh dalam satu hingga dua minggu. Sementara itu, bronkitis kronis merupakan kondisi yang lebih serius dan berlangsung lama, sering kali dikaitkan dengan kebiasaan merokok atau paparan zat iritan lainnya. Di sisi lain, pneumonia adalah infeksi yang menyerang salah satu atau kedua paru-paru. Penyebabnya bisa berupa bakteri, virus, atau jamur. Ketika seseorang menderita pneumonia, kantung udara di paru-paru (alveoli) terisi dengan cairan atau nanah, yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan berisiko tinggi menimbulkan komplikasi serius. Menurut Dr. Ralph Gonzales, seorang dokter spesialis penyakit dalam dan Kepala Inovasi Klinis di University of San Francisco Health, banyak orang sering salah mengira bronkitis sebagai pneumonia atau sebaliknya. “Apa yang kita sebut bronkitis terkadang sebenarnya adalah pneumonia,” jelasnya.

Gejala Bronkitis dan Pneumonia

Beberapa gejala yang sering muncul pada kedua kondisi ini meliputi: Batuk (dengan atau tanpa produksi lendir) Kelelahan Sesak napas, terutama saat beraktivitas

Gejala Bronkitis dan Pneumonia

Beberapa gejala yang sering muncul pada kedua kondisi ini meliputi: Batuk (dengan atau tanpa produksi lendir) Kelelahan Sesak napas, terutama saat beraktivitas Mual, muntah, atau diare Perbedaan mendasar lainnya adalah bahwa bronkitis hanya memengaruhi saluran bronkial, sedangkan pneumonia menyerang alveoli paru-paru. Inilah yang menyebabkan pneumonia lebih berisiko menimbulkan komplikasi serius dibandingkan bronkitis.

Dibaca Juga : Laporan Warga Berbuah Hasil, Bandar Sabu di Bilah Hulu Ditangkap



Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan