Analisasumut.com
Beranda Analisa NEWS Wabah Kematian Ternak Babi di Deli Serdang, Pemkab Awasi Risiko Pembuangan ke Sungai dan Laut

Wabah Kematian Ternak Babi di Deli Serdang, Pemkab Awasi Risiko Pembuangan ke Sungai dan Laut

Ternak babi yang ada di Kabupaten Deli Serdang kini mulai bermatian akibat terjangkit virus Flu Babi Afrika (African Swine Fever).

Pemkab Deli Serdang mulai mengantisipasi ada pembuangan bangkai babi di sembarang tempat termasuk di sungai ataupun laut seperti beberapa tahun lalu.

Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang saat ini terus melakukan pendataan berapa jumlah babi yang telah mati. Beredar kabar jumlah babi yang bermatian sudah ratusan. 

Baca Juga : BPP Tapteng Gencar Sosialisasi Penanganan Wabah Penyakit Ternak Babi

“Iya banyak yang sudah mati kalau untuk jumlah pasti masih terus kita data ini. Saya sudah perintahkan Kabid Peternakan untuk cek semua tempat, berapa yang terkena dan apa yang harus dilakukan segera,” ujar Kadis Pertanian Deli Serdang, Rahman Saleh Dongoran, Jumat (31/1/2025). 

Dari laporan sementara yang diterima Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang ternak babi yang mati berada di Kecamatan Pancur Batu, Hamparan Perak hingga Sunggal.

Diakui Rahman kalau dulu sempat dibuat posko di kawasan Desa Helvetia supaya setiap babi yang mati bisa dikubur atau dibakar tidak dibuang di sembarang tempat.

Untuk saat ini belum dapat dipastikan apakah akan dilakukan hal yang sama lagi atau tidak. 

“Kalau dibuang ke laut kan jadi takut nanti orang makan ikan seperti dulu yang pernah kejadian. Nanti ini akan ada rapat lintas sektoral lagi untuk penanggulangan dan BPBD pun bakal dilibatkan. Makanya ini lagi kita data lagi berapa yang sudah mati,” kata Rahman. 

Sementara itu Kabid Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Refly Sofyan Siregar menyebutkan populasi babi di Kabupaten Deli Serdang sudah sangat sedikit dan tercatat tinggal 5 ribu.

Karena adanya virus flu babi ini membuat kini jumlahnya semakin berkurang. Diakui kalau bermatiannya babi-babi ini sudah sejak dari tahun 2024. 

“Matinya nggak serentak dan ini sekarang terus t rjadi. Kalau kita lihat gejala klinis tanda-tandanya memang flu babi yang disebabkan oleh virus (ASF). Belum siap pendataan ini masih kita data terus,” kata Refly. 

Salah satu Desa yang banyak mati adalah Desa Helvetia kecamatan Sunggal.

Sepanjang yang ia k tahun di Desa ini sudah ada puluhan babi yang mati sementara ini.

Disebutkan Refly tanda-tandanya lebih dahulu timbul merah-merah di badan babi dan kemudiaj demam tinggi baru kemudian tumbang dan mati. 

“Sejauh ini memang belum ada yang dibuang kemana-mana karena kematiannya satu satu jadi masih bisa menguburkannya. Kalau mati serentak seperti dulu ya bisa saja mereka kewalahan dan dibuang. Penyebabnya itu ya terkait kebersihan juga, nggak boleh bebas juga masuk ke kandangnya orang,” ucap Refly. 

Disampaikan kalau virus flu babi ini tidak berbahaya untuk manusia.

Namun demikian saat ini belum ada ditemukan vaksinnya.

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan