Polisi Temui Kendala dalam Kasus Dugaan Pemerkosaan Gadis Keterbelakangan Mental di Medan
Kasus dugaan pemerkosaan yang menimpa seorang gadis dengan keterbelakangan mental berinisial SH (23) di Medan terus menjadi sorotan masyarakat.
Meski telah mendapat perhatian dari berbagai pihak, termasuk puluhan mahasiswa dan keluarga korban yang menggeruduk Polrestabes Medan pada Senin (16/12) lalu, hingga kini kasus tersebut belum juga terungkap.
Mereka mendesak pihak kepolisian untuk segera mengungkap pelaku dan menangani kasus ini dengan cepat.
Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan, mengungkapkan bahwa pihaknya menghadapi sejumlah kendala dalam pengungkapan kasus ini.
Salah satu tantangan terbesar adalah mengidentifikasi dengan pasti peristiwa yang dialami oleh SH, mengingat kondisi fisik dan mental korban yang memerlukan penanganan hati-hati.
Kondisi Fisik dan Mental Korban Menjadi Kendala Utama
“Ini adalah kasus dengan tingkat human interest yang tinggi, mengingat korban adalah perempuan dengan keterbelakangan fisik dan mental. Langkah pertama yang harus kami ambil adalah memberikan perawatan terhadap kondisi fisik dan psikis korban,” ujar Gidion dalam konferensi pers pada Rabu (18/12).
Pihak kepolisian menyadari bahwa memaksa korban untuk memberikan keterangan secara rinci terkait kejadian tersebut bisa memperburuk kondisi psikologisnya.
“Kami tidak bisa memaksakan korban untuk memberikan keterangan detail. Hal ini justru bisa memperburuk kondisi psikologisnya, karena itu harus dilakukan secara pelan-pelan,” lanjutnya.
Penyelidikan Berlanjut, Pihak Kepolisian Terus Mengumpulkan Informasi
Mengenai keberadaan tukang becak yang disebut-sebut sebagai saksi, Kapolrestabes Medan menegaskan bahwa hal tersebut masih dalam tahap penyelidikan.
“Itu bagian dari proses penyelidikan. Saat ini, pihak kepolisian masih mendalami informasi lebih lanjut mengenai siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut,” jelas Gidion.
Namun, Gidion menambahkan bahwa pihak kepolisian menghadapi kesulitan dalam menemukan bukti yang dapat mengarah pada identifikasi pelaku.
“Kami tidak dapat memastikan lokasi kejadian berada di tempat dengan banyak kamera CCTV,” tambahnya.
Meski demikian, pihak kepolisian tetap membuka peluang bagi masyarakat yang memiliki informasi terkait kasus ini untuk segera melaporkannya.
Hasil Visum: Ditemukan Sperma pada Korban
Kapolrestabes juga mengungkapkan bahwa pihaknya telah menerima hasil visum terhadap korban.
Hasil visum tersebut mengungkapkan adanya temuan sperma dalam jumlah yang cukup banyak di area kelamin korban, yang menguatkan dugaan terjadinya tindak kekerasan seksual terhadap SH.
Kepolisian Terus Berusaha Mengungkap Kasus Ini
Dalam menghadapi situasi yang penuh tantangan ini, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan menegaskan bahwa pihak kepolisian tidak akan berhenti berupaya.
“Jika ada informasi atau bukti baru yang bisa membantu, kami sangat terbuka untuk menerima bantuan dari masyarakat. Kami ingin kasus ini terungkap dan keadilan bagi korban bisa ditegakkan,” tegasnya.
Diketahui, SH, seorang gadis dengan keterbelakangan mental, dilaporkan hilang selama dua hari sebelum akhirnya ditemukan dalam keadaan tidak wajar.
Kasus ini menarik perhatian banyak pihak, termasuk puluhan mahasiswa dan keluarga korban yang merasa kecewa dengan lambatnya penanganan yang dilakukan pihak kepolisian.
Penyelidikan lebih lanjut akan terus dilakukan dengan harapan dapat segera mengungkap siapa pelaku yang bertanggung jawab atas peristiwa yang menimpa SH dan memberikan keadilan bagi korban.